Penjelasan Singkat STT Lukas Online

Penjelasan Singkat STT Lukas Online
STT Lukas Online sebenarnya merupakan kerinduan saya untuk memulai sebuah perguruan tinggi Teologi.Namun karena ada beberapa kendala yang belum dapat diatasi maka STT ini saya namakan STT Online atau Sekolah Tinggi Tinggi Teologi Lukas Online atau STT Lukas Online. Nama Lukas diambil dari Lukas 1:3. Ada 3 kata kunci penting dalam ayat ini yaitu meneliti dan membukukannya secara teratur. Jadi, STT Lukas Online menaruh fokus pada penelitian dan publikasi melalui media online.






Jadi, STT Lukas Online adalah singkatan dari Sekolah Tinggi Teologi Lukas disingkat STT Lukas Online. Demikian penjelasan saya. Saya juga menegaskan bahwa ini hanya pada tataran menulis dan mempubliasi dan tidak menerima mahasiswa dan aktivitas kuliah sebagaimana layaknya Perguruan Tinggi. Untuk melaksanakan hal seperti ini (kuliah) harus ada izin pemerintah. Oleh karena itu kami hanya publikasi hasil berpikir. Oleh karena itu pembaca blog kami ingatkan bahwa STT Lukas Online bukan Institusi yang melaksanakan perkuliahan, kami sedang dalam rencana tetapi belum dalam waktu sekarang. Kami sekarang hanya fokus menulis dan mempublikasi saja melalui blog ini.

Demikian penjelasan kami

Yonas Muanley

Sumber:Pixabay

Gambar di atas hanya sekadar membuat tampilan blog menjadi indah, memang seharusnya STT harus punya kampus namun gambar di atas hanya illustrasi saja. Dan STT Lukas Online tidak punya kampus, hanya dalam dunia online dan sifatnya menulis dan publikasi. Tidak lebih dari itu.
Read More

Kurikulum Stratum S1 Teologi

Kurikulum Stratum S1 Teologi
Kurikulum Stratum S1 Teologi S1 Teologi yang dimaksud disini adalah sejumlah pengalaman kuliah mahasiswa pada tingkat Sarjana Teologi yang menjadi tanggungjawab perguruan tinggi teologi yang berbentuk sekolah tinggi maupun universitas. Berikut Beberapa Pengelompokkan Mata Kuliah

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
1. Pendidikan Kewarganegaraan
2. Bahasa Indonesia
3. Bahasa Inggris
4. Logika
5. Pancasila
6. Filsafat Teologi
7. Metode Penelitian
8. Psikologi Umum
9. Sosiologi
10. Psikologi Umum

Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan
1. Pembimbing Pengetahuan PL
2. Pembimbing Pengetahuan PL
3. Bahasa Ibrani
4. Bahasa Yunani
5. Hermeneutika
6. Pembimbing Teologi Sistematika
7. Eksegesis PL
8. Eksegesis PB
9. Filsafat
10. Teologi Perjanjian Lama 1
11. Teologi Perjanjian Lama 2
12. Teologi Perjanjian Baru 1
12. Teologi Perjanjian Baru 2

Mata Kuliah Keahlian Berkarya

1. Entrepreneurship
2. Etika
3. Sejarah Gereja Umum
4. Sejarah Gereja Asia
5. Sejarah Gereja Indonesia
6. Oikumenika
7. Kepemimpinan Kristen
8. Pembinaan Warga Gereja
9. Pastoral
10. Liturgika
11. Homiletika
12. Misiologi




Mata kuliah di atas dapat dikembangkan lagi atau ditambah dengan mata kuliah yang dirancang institusi agar sesuai visi dan misi institusi. JAdi, mata kuliah yang disebut di atas adalah kurikulum inti yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen.

Dengan melaksanakan kurikulum yang dilaksanakan dalam perguruan tinggi sebagaimana yang disebutkan di atas dengan tambahan sejumlah mata kuliah institusi maka lulusan yang diharapkan mampu melaksanakan pengabdian di bidang teologi dan penggembalaan jemaat yang akan dilayani oleh gereja dari berbagai denominasi yang ada di seluruh Indonesia.

Setiap daerah di Indonesia memiliki pergumulan multikultural yang berbeda-beda, dari aspek-aspek tertentu gereja berada dalam pergumulan multikultural yang sama tetapi pada sisi yang lain ada perbedaan pergumulan kontekstual.

Ada yang setelah menyelesaikan Sarjana Teologi harus menjalani masa vikariat dalam waktu yang relatif lama. Hal ini bergantung pada gereja di mana seorang Sarjana Teologi melaksanakan masa vikariat. tentu proses ini memerlukan kesabaran dan kesetiaan seorang yang hendak menjadi seorang pendeta jemaat. Setelah masa yang memungkinkan maka seorang vikaris akan ditahbiskan menjadi seorang pendeta.

Semoga bermanfaat.
Read More

Silabus Pneumatologi

Silabus Pneumatologi
Mata Kuliah : Pneumatologi (Doktrin Roh Kudus).
Bobot sks : 2 sks
Jurusan : Pastoral, Penginjilan dan Misi
Program Studi : S 1 Profesional
Semester : II
Mata Kuliah Prasyarat : -
Pengajar/Dosen : Deky Hidnas Yan Nggadas, M.Div.
Standar Kompetensi :

Mhs. mampu menjelaskan sejarah doktrin Roh Kudus, memiliki keyakinan yang benar tentang doktrin Roh Kudus dan menerapkan ajaran tentang Roh Kudus dalam kehidupan pribadi, dan komunitas pelayanan

Kompetensi Dasar : Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1. Doktrin Roh Kudus dalam Sejarah (aspek Historis)
Indikator:
a. Abad Pertama
b. Abad Pertengahan
c. Abad Abad Reformasi
2. Doktrin Roh Kudus dalam Alkitab (PL dan PB; Aspek Biblika)
a. PL
b. PB
3. Pembahasan Dogmatis/Sistemtis (Pribadi dan Karya Kristus)
a. Pribadi Kristus
b. Karya Kristus

Indikator:

Setelah menyelesaikan seluruh materi perkuliahan ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan:

1. Menjelaskan sejarah Doktrin Roh Kudus Abad Pertama
2. Menjelaskan sejarah doktrin Roh Kudus Abad Pertengahan
3. Menjelaskan sejarah doktrin Roh Kudus Abad Reformasi
4. Menelaah doktrin Roh Kudus dalam Perjanjian Lama
5. Menelaah doktrin Roh Kudus dalam PB
6. Menilai Pembahasan Dogmatis/Sistemtis Pribadi Roh Kudus
7. Menilai Pembahasan dogmatis Karya Kristus


Deskripsi Mata Kuliah:

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang

Materi Pokok Perkuliahan:
1. Doktrin Roh Kudus dalam Sejarah (aspek Historis)
Indikator:
a. Abad Pertama
b. Abad Pertengahan
c. Abad Abad Reformasi
2. Doktrin Roh Kudus dalam Alkitab (PL dan PB; Aspek Biblika)
a. PL
b. PB
3. Pembahasan Dogmatis/Sistemtis (Pribadi dan Karya Kristus)
a. Pribadi Kristus
b. Karya Kristus


Pendekatan Pembelajaran:
Ceramah, presentasi,Tanya jawab/diskusi

Penilaian:

4. Tugas terstruktur : 70 %
Tugas Kelompok (3-5 orang): Buatlah garis besar khotbah ekspositori, tekstusl dan topical ! Presentasikan!
Pribadi: Buatlah sebuah khotbah dengan durasi 10 menit, lengkap dengan ilustrasinya
Laporan Bacaan : dari salah satu buku dalam daftar kepustakaan ( halaman)

7. UTS …………… :15 %
8. UAS …………... : 15 %





Read More

Silabus Teologi Perjanjian Baru

Silabus Teologi Perjanjian Baru
Silabus berikut ini adalah bahan saudara Yusuf Lifire, M.Th. Saya posting sekiranya bermanfaat. Beliau mengambil Magister Teologi di Belanda, belajar bahasa Yunani klasik yang pernah dipakai oleh Plato. Nepa Minta maaf.

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Baru.
Bobot sks : 2 sks
Jurusan : Pastoral, Penginjilan dan Misi
Program Studi : S 1 Profesional
Semester : IV
Mata Kuliah Prasyarat : -
Pengajar/Dosen : Yusuf Lifire, Th.M.
Standar Kompetensi :
Mhs. mampu mengkritis berbagai topic dalam Teologi Perjanjian Baru dan menerapkan dalam pelayanan masa kini.

Kompetensi Dasar :

Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk:

1.Menjelaskan Pengertian Teologi PB
2.Menilai Quest of Jesus : Studi Historis – Kritis mengenai Yesus:
3.Menjelaskan pandangan-pandangan Non Kristen (Yosephus, Penulis Romawi, Literatur Rabinis)
4.Menjelaskan Pembentukan kitab-kitab Injil (Kritik bentuk, kritik sumber, redaksi)
5.Mengenali Kronologi Kehidupan Yesus
6.Menjelaskan beberapa hal mengenai pengantar kitab-kitab Injil
7.Menjelaskan Yesus menurut kitab-kitab Injil

Indikator:

Setelah menyelesaikan seluruh materi perkuliahan ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan:

1. Menjelaskan pengertian Teologi Perjanjian Baru?
2. Menjelaskan First Quest
3. Menjelaskan Second Quest
4. Menjelaskan Third Quest
5. Menjelaskan pandangan Yosephus mengenai Yesus
6. Menjelaskan pandangan Penulis Romawi mengenai Yesus
7. Menjelaskan pandangan Literatur Rabinis tentang YEsus
8. Menjelaskan Pembentukan kitab-kitab Injil yaitu Kritik Bentuk
9. Menjelaskan pembentukan kitab-kitab Injil menurut Kritik Sumber
10. Menjelaskan pembentukan kitab-kitab Injil menurut Kritik Redaksi
11. Menjelaskan Kronologi Kehidupan Yesus
12. Menjelaskan Beberapa hal mengenai pengantar kitab-kitab Injil Matius
13. Menjelaskan beberapa hal mengenai pengantar kitab-kitab Injil Markus
14. Menjelaskan beberapa hal mengenai pengantar kitab Injil Lukas
15. Menjelaskan beberapa hal mengenai pengantar kitab Injil Yohanes
16. Menjelaskan Yesus menurut kitab-kitab Injil dari aspek SilsilahNya, Sanak keluarga Yesus, Kelahirannya, Masa kanak-kanak dan mudanya.
17. Menjelaskan Yesus dan Pendahuluannya : Yohanes Pembaptis, Yesus dan pemberitaan-Nya
18. Menjelaskan Kerajaan Yesus: Kerajaan Allah – Kerajaan Surga, Gereja – Jemaat
19. Menjelaskan Yesus dan gelar-gelar Yesus: Mesias, Anak Allah, Anak Manusia, Anak Daud, Tuhan Allah
20. Menjelaskan kematian dan kebangkitan-Nya
Deskripsi Mata Kuliah:
Dalam perkuliahan ini dibahas tentang
Materi Pokok Perkuliahan:
1. Pengertian Teologi PB
2. Quest of Jesus : Studi Historis – Kritis
3. Pandangan-pandangan Non Kristen (Yosephus, Penulis Romawi, Literatur Rabinis)
4. Menjelaskan Pembentukan kitab-kitab Injil (Kritik bentuk, kritik sumber, redaksi)
Ujian Akhir Semester (Dilaksnakan pada pertemuan ke 7)
5. Mengenali Kronologi Kehidupan Yesus
6. Menjelaskan beberapa hal mengenai pengantar kitab-kitab Injil
7. Menjelaskan Yesus menurut kitab-kitab Injil:
Ujian Akhir Semester (dilaksanakan pada pertemuan ke 14)

Jumlah pertemuan 14 x pertemuan (1 sks 50 menit).

Pendekatan Pembelajaran:
Ceramah, penugasan (studi mandir), diskusi kelompok

Penilaian:

1. Tugas terstruktur : 70 %
Riset Biblika tentang topic-topik dalam Teologi PB
Terjemahan
3. UTS …………… :15 %
4. UAS …………... : 15 %

Read More

Silabus Homiletika

Silabus Homiletika

Standar Kompetensi : Mhs. Mampu mempersiapkan khotbah yang sehat, alkitabiah,
teologis dan praktis secara sederhana, utuh dan sistematis dan
menyampaikan khotbah dengan cara yang benar dn menjadi
pemberita Firman Allah.





Kompetensi Dasar : Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan hakekat khotbah sebagai wahana pemberitaan Firman Allah kepad umat Tuhan masa kini.
2. Mempersiapkan khotbah yang sehat, alkitabiah, teologis dan praktis secara sederhana, utuh dan sistematis.
3. Menyampaikan khotbah dengan cara yang benar dn menjadi pemberita Firman Allah.
Indikator:

Setelah menyelesaikan seluruh materi perkuliahan ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan:
1. Memahami hakekat khotbah sebagai wahana pemberitaan Injil
2. Mempersiapkan khotbah yang sehat
3. Mempersiapkan khotbah yang Alkitabiah
4. Mempersiapkan Khotbah yang teologis
5. Mempersiapkan khotbah yang praktis secara sederhana
6. Mempersiapkan khotbah secara utuh
7. Mempersiapkan khotbah secara sistematis
8. Menyampaikan khotbah dengan cara yang benar
9. Menjadi pemberita firman Allah

Deskripsi Mata Kuliah:

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang Definifsi khtbah, Kriteria khotbah, Sasaran khotbah, Peranan Roh Kududs dalam khotbah, Kriteria pengkhotbah, Jenis-jenis khotbah, Cara mempersiapkan khotbah, Bagaimana berkhotbah, Hal-hal penting dalam berkhotbah, Contoh garis besar khotbah,.
Materi Pokok Perkuliahan:
1.Definifsi khtbah
2.Kriteria khotbah
3.Sasaran khotbah
4.Peranan Roh Kududs dalam khotbah
5.Kriteria pengkhotbah
6.Jenis-jenis khotbah
7.Ujian Tengah Semester
8.Cara mempersiapkan khotbah
9.Bagaimana berkhotbah
10.Hal-hal penting dalam berkhotbah
11.Contoh garis besar khotbah
12.Membuat Contoh khotbah ekspositori
13.Membuat contoh khotbah Topikal
14.Praktik Menyusun Khotbah
15.Praktik Khotbah
16.Ujian Akhir Semester
Pendekatan Pembelajaran:
Ceramah, penugasan, Latihan khotbah

Penilaian:

1. Tugas terstruktur : 70 %
Tugas Kelompok (3-5 orang): Buatlah garis besar khotbah ekspositori, tekstusl dan topical ! Presentasikan!
Pribadi: Buatlah sebuah khotbah dengan durasi 10 menit, lengkap dengan ilustrasinya
Laporan Bacaan : dari salah satu buku dalam daftar kepustakaan ( halaman)
1. UTS …………… :15 %
2. UAS …………... : 15 %


Read More

95 Dalil Reformasi Marthen Luther

95 Dalil Reformasi Marthen Luther
Reformasi Gereja dimulai oleh Marthin Luther dan berikut dalil-dalil Reformasi. Jumlah dalil Marthin Luther untuk reformasi gereja sebanyak 95 dalail. Dalam postingan ini kami bagi menjadi beberapa tahap postingan. Pertama, kami postingan 20 dalil dari 95 dalil reformasi Marthin Luther sbb:






1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah," dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.
2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.
4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.
5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.
6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.
7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.
8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya da1am diri Paus me1akukan hal yang baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan ten tang kematian dan nasib seseorang.
10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.
11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.
12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.
13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.
14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.
15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.
16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.
17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat.
18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.
19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.
20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa, melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.
21 Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan.
22 22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian.
23 Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.
24 Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.
25 Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus.
26 Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), meLainkan dengan doa syafaat.
27 Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila.
28 Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata.
29 Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?
30 Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.
31 Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya, sangat jarang.
32 Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.
33 Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
34 Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.
35 Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen.
36 Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
37 Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
38 Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan pengampunan dosa dari Allah.
39 Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teolog yang paling terpelajar sekalipun.
40 Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.
41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.
42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.
43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa.
44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.
45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah.
46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.
47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.
48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.
49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.
50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya.
51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.

52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.
53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus.
54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.
55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi, dan ratusan seremoni.
56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus.
57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa.
58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah.
59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya.
60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja, yang diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu.
61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.
62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.
63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.
64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.
66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang.
67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.
68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib.
69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya.
70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.
71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.
72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.
73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan.
74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.
75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.
77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.
78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)
79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan salib Kristus, merupakan penghujatan.
80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban.
81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaumawam.
82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"
83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?"
84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"
85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?"
86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"
87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni at au dianugerahkan Paus kepada orang-orang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna?
88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"
89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur?
90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang.
91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan tidak akan ada.
92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Damai, damai," dan tidak ada damai!
93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib," dan tidak ada salib!
94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka.
95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.
95 dalain di atas ditempelkan di depan pintu gereja witenberg untuk didiskusikan secara akademis teologis. Dan dalam Perkembangannya kelompok yang mengikuti refomasi Corak Luther memisahkan diri dari gereja kala itu dan menamkan diri gereja evangelical artinya gereja yang kembali pada prinsip sola skriptura, hanya Alkitab.
Read More

Misi Blog STT Lukas Online

Misi Blog STT Lukas Online
Saya sudah menyatakan poin-poin misi dalam artikel visi dan misi namun saya pisahkan lagi agar lebih terperinci untuk dikembangkan di kemudian hari. Dengan demikian Misi Blog STT Lukas Online sbb:

1. Mendidik peserta didik yang cakap, trampil dan ahli dalam mengadakan penelitian (penelitian biblika, praktika) dengan metode-metode yang dikenal dalam dunia ilmiah
2. Mendidik peserta didik yang unggul dalam kemampuan menulis (mempublikasikan) secara teratur.

Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah bukti dari apa yang Lukas katakan: meneliti secara saksama dan membukukannya secara teratur (Lukas 1:3).
Memahami realitas bahwa banyak yang punya kemampuan tetapi sedikit yang menulis dan mempublikasikan tulisannya terhadap Alkitab (Kejadian - Wahyu) maka media ini adalah kerinduan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Walaupun ini mimpi, tetapi mimpi sering menjadi kenyataan.

Selanjutnya STT Lukas Online adalah sebuah gagasan dari saya: Yonas Muanley. Kerinduan dan harapan dari membuka Sekolah Tinggi Teologi yang bernama STT Lukas online adalah ingin meneruskan warisan dari orangtuaku: Lukas Daud Muanley yang pada waktu meninggal, memberi warisan yang sangat mulia yaitu melatih saya untuk meniru tandatangannya. Orangtua saya, semasa hidupnya bekerja sebagai seorang guru Sekolah Dasar. Dengan demikian saya ingin meneruskan semangat didaktik dan semangat menulis, meneruskan bolpoin/pena dari Lukas Tabib Rasul Petrus dan Lukas Daud Muanley yang adalah orangtuaku yang sampai akhir hayatnya tetap bekerja sebagai guru Sekolah Dasar. Para pembaca perlu mengetahui bahwa STT Lukas Online baru merupakan cita-cita saya, belum ada izin dari Pemerintah. Jadi, sekali lagi STT Lukas Online adalah sebuah cita-cita anak bangsa. Tuhan Yesus memberkati.

Salam

Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Read More

Ruang Advertise

Ruang Advertise
STT Lukas Online menyediakan ruang bagi siapa saja yang berminat menerbitkan iklan dalam blog ini. Ukuran iklan yang ditawarkan yaitu dari terbesar 300 x 1050, 728 x 90 dan terkecil 350x250. Bila ada yang berminat silakan menghubungi kami Nama : Yonas Muanley
Hp : 081388662585

Demikian informasi Advertise dari blog STT Lukas Online.
Read More

Mengenal Google Education di Build with Classroom and G Suite

Mengenal Google Education di Build with Classroom and G Suite
Google melakukan terobosan di bidang pendidikan dengan menghadirkan Google untuk Pendidikan. Kehadiran ini membantu berbagai pihak dalam kepedulian akan pendidikan dengan melibatkan pendidik, pengembang, dan penggemar google eduaction. Google Eduaction juga mengajak siapa saja yang peduli dengan pendidikan dapat bergabung dan mempelajari lebih lanjut tentang integrasi Google Apps for Education dan Classroom di Hilton in Room 406. Atau ikuti di Twitter dan Facebook untuk berita dan pembaruan.

Ketika kita mengunjungi dan menggunakan aplikasi Google untuk pendidikan, maka kita mesti tahu bahwa teknologi ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Itu sebabnya kami bertujuan untuk memberikan pengembang alat untuk menciptakan lingkungan belajar virtual terbaik melalui teknologi untuk guru dan peserta didik. Beberapa aplikasi seperti API Kelas, API Google Apps, dan API Google Documents yang baru, pengembang dapat menata kembali apa yang mungkin di Google Apps for Education agar sesuai dengan kebutuhan pendidik, sekolah, dan peserta didik.
Selanjutnya kunjungi Google Education
Read More

Cara Melakukan Identifikasi Masalah

Cara Melakukan Identifikasi Masalah
Penelitian untuk skripsi, tesis dan disertasi selalu mencantumkan hasil identifikasi masalah pada Bab I setelah selesai menulis masalah penelitian. Untuk itu ada cara melakukan identifikasi masalah penelitian. Cara itu kami sebutkan sebagai berikut.

1. Kita mengidentifikasi masalah sebanyak-banyaknya. Hal ini tentu didasarkan pada paparan masalah penelitian yang telah dikemukakan dalam bab I poin A. Latar Belakang Masalah
2. Langkah selanjutnya kita pilah dan klasifikasi berdasarkan jenis atau bidang masalah yang diteliti
3. langka ketiga, kita urutkan mulai dari masalah yang ringan sampai pada masalah yang kompleks.
4. langkah keempat, kita lakukan konfirmasi agar menemukan masalah yang tepat untuk diteliti.
5. Bila sudah selesai dikonfirmasi maka masalah penelitian layak untuk diteliti
6. Fokuskan pada masalah yang terbatas (batasi masalah), terukur dalam ruang linkup kecil, terinci dan dicari solusinya
7. Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas. yang berukuran kecil, yang dapat dicari solusinya dalam waktu singkat yang tersedia untuk melakukan penelitian terapan.
8. Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan bagi kepentingan hamba Tuhan, guru/dosen dan siswa/mahasiswa, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas/ruang kuliah.
9. Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam penelitian ini, tanyalah apakah dia juga pernah menghadapi permasalahan yang semacam dengan masalah yang dihadapi guru/dosen.
10. Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan rencana perkembangan Gereja, lembaga pelayanan di mana hamba Tuhan itu bertugas, bagi guru dapat dihubungkan dengan sekolah atau dosen dengan fakultas secara keseluruhan.

Memilih Masalah Penelitian

Banyaknya masalah penelitian yang sering ditemukan dalam pelayanan hamba Tuhan seringkali membuat seorang peneliti harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.
Sebelum memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian. Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut :

“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya?”
“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup?”
“Apakah topik tersebut penting untuk diteliti?”
“Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji/interest topik?”
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002)
Read More

Signifikasnsi Masalah Penelitian

Signifikasnsi Masalah Penelitian
Mengapa penelitian harus memiliki masalah dan apa Signifikasi Masalah Penelitian tersebut. Artikel singkat ini membahas tentang signifikansi masalah penelitian sbb:

Pertama, dianjurkan bahwa masalah yang dipilih untuk diangkat dalam penelitian adalah masalah yang mempunyai nilai yang bukan sesaat dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipakai guna memecahkan masalah yang mirip atau sejenis. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkaji seberapa besar tingkat kebermaknaan (signifikansi) permasa1ahan penelitian yang di pilih.

Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengkaji misalnya sebagai berikut.
1. Apakah masalah secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan? Jika ya apakah menuntut pemecahan tindak segera, dan apakah telah terumuskan secara spesifik jelas?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai berharga untuk perbaikan praktek dan perbaikan pembelajaran.

Terhadap pertanyaan pertama, masalah mengindikasikan bahwa dasar teoritik dan konseptual dapat dibangun untuk merumuskan alternatif solusi. Sebab dalam masalah yang telah terumuskan akan menunjukkan keterkaitan faktor satu terhadap lainnya yang menyebabkan timbulnya masalah dan yang seharusnya menurut teori dan konsep tidak akan timbul atau terjadi. Atas dasar faktor tersebut maka dapat dicari dan diajukan alternatif solusi untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh faktor terhadap hasil yang diharapkan.

Kedua, masalah yang diangkat haruslah benar-benar yang hidup, dirasakan dalam tugas keseharian guru. Oleh karena itu, guru akan dapat mengurai, hal-hal atau faktor apa saja yang terkait, dan apakah ada masalah lain yang merupakan ‘pengiring’ yang juga memerlukan tindakan pemecahan. Misal kelambatan memahami bacaan, bisa terkait dengan kemampuan dan penguasaan kosa kata yang kurang, cara dan kebiasaan berpikir, kecepatan membaca dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah merupakan permasalahan tunggal ataukah permasalahan ganda dan terkait.
Ketiga, seberapa jauh kebermanfaatan pemecahan masalah yang dilakukan, dilihat dan segi kelangsungan, daya keampuhan serta keterpakaian model tindakan. Model tindakan yang sifatnya sekali pakai, tentu kurang bernilai apalagi jika dampak hasilnya hanya sesaat.

Sumber Masalah Penelitian

Masalah Penelitian (baik Kuantitatif dan Kualitatif) dapat diperoleh diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif.
atau
1. Pengalaman pribadi
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3. Kerja dan kontak profesional
4. Pengujian dan pengembangan teori yang ada
5. Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Read More

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian: Masalah Penelitian. Melalui materi ini saya membahas masalah penelitian dan beberapa aspek metodologi yang sekranya berguna bagi pembaca blog. Untuk itu saya mulai pembahasan ini dengan menentukan Standar Kompetensi/Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menguasai teori-teori berbagai metode penelitian dan menerapkan dalam desain penelitian akademik (proposal tesis Bab I-III). Dengan kata lain tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu membuat proposal tesis.

Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian (Bab I).

Proses Penelitian

Proses penelitian terdiri atas:
1. masalah penelitian (Bab I)
2. Telaah Teoritis (Bab II)
3. Menentukan metode penelitian (Bab III)
4. Pengujian Fakta (Bab IV)
5. Kesimpulan (Bab V)

Malasah Penelitian (Tujuan KD 1: Mampu memilih masalah penelitian)
Pengertian Umum

Dalam kehidupan sehari-hari seperti di sekolah (di dalam kelas) guru tidak akan bebas dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Di Gereja juga tidak bebas dari masalah, di pelayanan juga tidak bebas dari masalah. Di dalam rumah tangga juga ada masalah, antara hamba Tuhan juga ada masalah. Dstnya. Masalah yang muncul mungkin sederhana, tetapi bisa juga kompleks yaitu masalah yang dihadapi setiap orang secara individual, kelompok ataupun yang secara umum dialami oleh setiap guru, siswa, pelayan, hamba Tuhan, dst. Misalnya seorang guru yang mengajar bahasa, sekalipun ia telah berusaha menerapkan konsep-konsep dengan cara yang dipandang efektif, namun ternyata siswa tidak mampu memahami dengan baik dan terjadi kesalahan pemahaman. ini menunjukkan adanya kesenjangan antara apa yang terjadi dengan apa yang ia harapkan atau antara “what should be dengan what it is”.

Ada kemungkinan para peserta didik tidak merespons seperti yang diharapkan atau ada kemungkinan peserta didik kurang memahami apa yang sedang dikemukakan atau ditanyakan, atau kemungkinan lain suasana kelas kurang kondusif untuk pembelajaran yang sedang berlangsung, atau pun ada sebab-sebab lainnya. Inilah suatu pertanda, bahwa ada persoalan dalam pembelajaran, dan sebaiknya guru atau dosen memberikan perhatian terhadap hal itu. Apabila guru atau dosen memperhatikan adanya suatu kondisi yang tidak seharusnya ada dalam proses pembelajaran, maka dapat dikatakan sudah ditemukan sesuatu yang dapat dijadikan permasalahan penelitian.

Dengan penampilan memberi maras dan wajah sendu, seorang mahasiswa datang berkonsultasi: ”Pak. Saya lagi punya masalah besar. Kiriman belum datang. Tidak bisa membayar SPP. Ini hari terakhir pembayaran SPP”. Masalah besar? “Nih uang. Bayar SPPmu”. Si Mahasiwa pamit. Membayar SPP.

Dalam kehidupan sehari-hari, beragam masalah kita hadapi. The life is problems; problems must be solve. Tidak mampu membayar SPP karena tidak punya uang, yang punya masalah diberi uang untuk membayar SPP, masalah selesai. Setiap hari ratusan masalah kita selesaikan. Semakin banyak masalah terselesaikan, semakin nyaman hidup. Orang-orang sukses adalah orang yang mampu menyelesaikan masalah. Orang-orang bermasalah adalah mereka yang hidup dengan masalah. Jangan takut masalah, tetapi … jangan mencari-cari masalah.

Pengertian Khusus Masalah Penelitian

Segi yang paling pokok atau inti dalam penelitian adalah masalah penelitian. Tidak ada masalah, berarti tidak ada penelitian karena masalah itulah yang menyebabkan adanya penelitian. Masalah yang akan dikemukakan dalam proposal harus menciptakan minat pembaca terhadap pokok penelitian, baru kemudian masalahnya dikemukakan. Selanjutnya, penelitian di tempatkan dalam konteks literature kesarjanaan yang lebih luas yang membahas kekurangan dalam dalam literature itu sehubungan dengan masalah tersebut. Dalam konteks pemahaman ini masalah didefinisikan sbb: Masalah adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Namun, tidak semua situasi yang tidak memuaskan adalah masalah. Situasi itu harus betul-betul-betul tidak memuaskan sehingga dirasakan sebagai masalah. Pengalaman itu bukan saja pengalaman dalam praktik, melainkan juga dalam mengamati dua teori yang bertentangan. Setelah masalah ditemukan, peneliti dapat menulis paragraph-paragraf yang menyatakan masalah penelitian dalam proposal penelitian (Andreas B. Subagyo, 2004:180)

Penelitian dapat dilihat sebagai proses yang mencakup penemuan masalah (problem finding) dan pemecahan masalah (problem solving). Penemuan masalah penelitian merupakan tahap penelitian yang paling sulit dan krusial karena tujuan penelitian adalah menjawab masalah penelitian, sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Proses penemuan masalah mencakup tahap-tahap, antara lain: identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau penentuan pokok masalah, dan perumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya dalam proses penelitian. Konsep-konsep teoritis yang ditelaah harus relevan dengan rumusan masalah yang diteliti. Rumusan masalah juga menjadi pertimbangan dalam memilih metode-metode pengujian fakta. Pendekatan yang digunakan peneliti untuk menjawab masalah penelitian disebut dengan strategi penelitian (Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 2002:8)

Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan gereja, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1)

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam berbagai jenis penelitian.

Memilih dan merumuskan Masalah Penelitian

Penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lalu apa sebenarnya masalah penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

Danim (2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masalah penelitian keperawatan adalah suatu kesenjangan atau diskongruensi antara kenyataan dan harapan di bidang keperawatan. Seperti dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari, dalam memberikan pelayanan keperawatan/ kebidanan, seorang perawat/ bidan dituntut untuk selalu menerapkan komunikasi yang terapeutik, namun apa yang terjadi? Masih sering kita temukan perawat/ bidan yang belum menerapkan komunikasi teraputik ini. Perawat/ bidan dituntut untuk selalu empati akan penderitaan pasien, kenyataannya belum dapat ber-empati terhadap penderitaan pasien yang dirawatnya.

Read More

Silabus Pembimbing Teo Sistematika

Silabus Pembimbing Teo Sistematika
SILABUS

Mata Kuliah : Pembimbing Teologi Sistematika
Bobot : 2 SKS/ 100 menit
Program Studi : S1
Semester : I (Periode Agustus – Desember 2010)
Dosen : Yonas Muanley, M.Div., M.Th.

Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu membekali diri dengan pengetahuan dasar teologi
sistematika dan relevabsinya dengan bidang ilmu teologi dan ilmu
lainnya sehingga timbul minat dan mampu mengembangkan studinya lebih lanjut.
Mata Kuliah Prasyarat: -


Deskripsi:

Melalui mata kuliah ini mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang pengertian dasar studi teologi sistematika yang didalamnya dibahas tentang: nama, tempat, tugas dan norma; Sejarah Teologi dengan focus bahasan: Gereja lama, Abad Pertengahan, Reformasi dan Post Reformasi, Rasionalisme dan supranaturalisme modern dengan abad XX termasuk pengalaman Asia; hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain seperti : Biblika, Historika, Praktika, Oikumenika, Filsafat, Agama-agama.

KOMPETENSI DASAR

Demi mencapai standar kompetensi di atas, maka dipilih 3 kompetensi dasar berserta indikatornya. Selanjutnya kompetensi dasar dan indicator dijadikan menjadi pokok dan sub pokok bahasan
KD 1. Menjelaskan pengertian dasar Studi Teologi Sistematika:

Indikator:
1. Menjelaskan Nama/istilah teologi sistematik
2. Menganalisis Tempat/kedudukan teologi sistematika
3. Menilai Tugas/fungsi teologi sistematik
4. Menjelaskan Norma/sumber/metode dalam berteologi

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca Kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm. 2-8

KD 2. Hubungan Doktrin/dogma dengan sistematika Teologi

Indikator:

1. Menjelaskan hubungan dan membedakan Teologi sistematika dengan doktrin
2. Menjelaskan hubungan Doktrin dengan teologi sistematik dan membedakannya
3. Menjelaskan hubungan Dogma dengan teologi sistematika dan membedakannya

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.


KD 3. Menjelaskan pembagian dan struktur Teologi sistematika

Indikator:

1. Menjelaskan pembagian teologi dalam arti sempit
2. Menganalisis Pembagian Teologi dalam arti luas
3. Membuat Struktur pembagian teologi sistematika

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.

KD 4. Merekonstruksi Sejarah Teologi

Indikator:
1. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Mula-mula/Gereja Lama
2. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Abad Pertengahan
3. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi
4. Menjelaskan Rasionalisme dan Supra Naturalisme Modern Dengan Abad XX Termasuk Pengalaman Asia

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.

KD 5. Menganalisis hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain

Indikator:

1. Menilai hubungan Biblika dengan teologi sistematika
2. Memaparkan hubungan Historika dengan teologi sistematika
3. Menjelaskan hubungan Praktika dengan teologi sistematika
4. Mendeskripsikan hubungan Oikumenika dengan teologi sistematika
5. Menganalisis hubungan Filsafat dengan teologi sistematika
6. Menjelaskan hubungan Agama-agama dengan teologi sistematika

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.


MATERI POKOK/POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian dasar Teologi Sistematika:
1.1. Nama/istilah teologi sistematik
1.2. Tempat/kedudukan teologi sistematika
1.3. Tugas/fungsi teologi sistematik
1.4. Norma/sumber/metode dalam berteologi

2. Perbedaan Doktrin/dogma dengan sistematika Teologi

2.1. Perbedaan Teologi sistematika dengan doktrin
2.2. Perbedaan Doktrin dengan teologi sistematik
2.3. Perbedaan Dogma dengan teologi sistematika

3. Pembagian dan struktur Teologi sistematika

3.1. Pembagian teologi dalam arti sempit
3.2. Pembagian Teologi dalam arti luas
3.3. Struktur pembagian teologi sistematika

4. Sejarah Teologi

4.1. Sejarah Teologi Gereja Mula-mula/Gereja Lama
4.2. Sejarah Teologi Gereja Abad Pertengahan
4.3. Sejarah Teologi Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi
4.4. Rasionalisme dan Supra Naturalisme Modern Dengan Abad XX Termasuk Pengalaman
Asia

5. Hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain

5.1. Hubungan Biblika dengan teologi sistematika
5.2. Hubungan Historika dengan teologi sistematika
5.3. Hubungan Praktika dengan teologi sistematika
5.4. Hubungan Oikumenika dengan teologi sistematika
5.5. Hubungan Filsafat dengan teologi sistematika
5.6. Hubungan Agama-agama dengan teologi sistematika

Metode Kuliah
1. Ceramah
2. Kolokium
3. Diskusi
4. Tanya Jawab


Media Pembelajaran:

1. LCD
2. Media Buatan Dosen


Sistem Penilaian:
1. Kehadiran tanpa absen …………………. 10 %
2. Tugas terstruktur ……………………….. 30 %
3. Interaksi kelas ………………………….. 10 %
4. UTS …………………………………….. 25 %
5. UAS …………………………………….. 25 %
____
100 %

BUKU-BUKU SUMBER:
1. JAB Jongeneel, Pembimbing ke dalam Dogmatika Kristen, Jakarta : BPK
2. ____________, Kepercayaan dan Ilmu, Jakarta : BPK
3. Dictan Becker, Pedoman Dogmatika
4. Benhard Lohse, Pengalaman Sejarah Dogma Kristen, Jakarta : BPK
5. Paul Alvis, Ambang Pintu Teologi, Jakarta : BPK
6. Tony Lane, Runtut Pijar, Jakarta : BPK,
7. H. Hadiwijono, Teologi Reformasi Abad XX, Jakarta : BPK
8. Dirjen Kristen Protestan Indonesia, Peta Skema Hubungan Fungsional Antar Mata Kuliah
9. Yonas Muanley, Kompilasi Materi Pembimbing Ke dalam Teologi Sistematik/Dogmatika


Read More

Kisah Gereja dalam Dunia Hellenisme

Kisah Gereja dalam Dunia Hellenisme
Faktor-faktor pendukung eksistensi Gereja dalam dunia Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi)

1. Sentralisasi/pemusatan kekuasaan: penaklukan daerah lain menjadi bagian wilayah kekuasaan, seperti Alexander Agung (336-323 s.M) kerajaan Makedonia (Yunani) menguasai Yunani, Asia Kecil (Turki), Palestina, Syria, Persia, Mesir dan memasuki India. Kemudian kekaisaran Romawi berhasil menaklukkan wilayah yang dikuasai kerajaan Yunani. Pada waktu jajahan kebudayaan Yunani, telah mempengaruhi wilayah Asia Barat: Palestina, Asia, Syria (bhs Gereja tetap bahasa Siria/Aram), Asia Kecil dan Antiokhia yang nanti menjadi pusat PI menjangkau daerah-daerah kafir di wilayah Romawi dan Persia.
2. Kesatuan Kebudayaan: bahasa pergaulan/bahasa sehari-hari adalah bahasa Yunani. PB ditulis dalam bahasa Yunani Koine.
3. Perdagangan dan lalulintas dalam kekaisaran Romawi: memberi peluang kepada para rasul dan orang-orang Kristen memberitakan Injil ke berbagai wilayah dalam kekaisaran Romawi melalui jalan darat dan jalan laut.
4. Perdamaian dunia (Pax Romana = Damai yang dijamin oleh Roma): Ada jaminan keamanan bagi penduduk kekaisaran Romawi dengan jalan pemerintah Romawi mempersiapkan prajurit-prajurit untuk keamanan di Injil dalam wilayah kekaisaran Romawi. Bandingkan keamanan di Indonesia yang olehnya kita dapat hadir di kota mana saja di Indonesia dengan jaminan keamanan polisi, tentara, dst. Tantangan tetap ada, tetapi jaminan keamanan memberi peluang pekabaran Injil.
5. Agama Yahudi di perantauan sebagai pelindung agama Kristen: awal perkembangan Kristen dilihat sebagai sekte atau aliran, Yahudi, tetapi setelah gerakan pengikut Kristus semakin banyak maka terjadilah tekanan-tekanan dan penganiayaan-penganiayaan sampai pembedaan atau pemisahan orang Kristen dengan agama Yahudi pada tahun 70 Masehi.
6. Orang-orang yang takut akan Allah = orang kafir yang percaya kepada Allah dan suka berbakti di sinagoge, tetapi mereka tidak melaksanakan seluruh Hukum Taurat, dan belum bersunat (Kis. 13:16; 17:14, Kis. 10 dan 11). Kelompok ini dikemudian hari memberi kontribusi yang besar bagi jumlah anggota Gereja atau Kristen. Karena menjadi Kristen tidak harus sunat lahiriah, tetapi sunat batiniah. Mereka tertarik kepada Kristennya Rasul Paulus dari pada Petrus dkk.
7. Septuaginta: Terjemahan Taurat dalam PL dalam bahasa Yunani Koine untuk orang-orang Yahudi di Diaspora (perantauan): orang-orang Yahudi diaspora pada umumnya berbahasa Yunani Koine, sehingga mereka membutuhkan kitab suci dalam terjemahan Yunani Koine. Jadi Septuaginta menolong para pemberita Injil dalam dunia Hellenisme.
8. Filsafat: Plato, Stoa, Epikureanisme. Filsafat sering dipakai oleh bapak-bapak Gereja untuk menjelaskan iman Kristen kepada orang-orang cerdik pandai yang selalu menyerang iman Kristen dengan tuduhan-tuduhan yang tidak logis, salah satunya telah dilakukan oleh Agustinus dalam bukunya De Civitate Dey. Di sini, filsafat menjadi salah satu faktor pendukung dalam arti penggunaan filsafat untuk menerjemahkan konsep Kristen.
Read More

Perkembangan Gereja Menurut KPR

Perkembangan Gereja Menurut KPR
Gereja ada oleh sebab Tuhan Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Mereka dipanggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja. Jadi wujud Gereja ialah Persekutuan dengan Kristus yang juga mempengaruhi persekutuan dengan manusia lain dan wujud yang kedua dari Gereja ialah persekutuan dalam melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus yaitu pemberitaan Injil (Berkhof dan Enklaar, 2004:vii).
Orang-orang yang pertama dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus adalah para Rasul (Simon petrus, Andreas, dst + Paulus). Sesudah Yesus naik ke Surga dan mengutus Roh Kudus (pencurahan Roh Kudus) pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja Kristen. Rasul Petrus melakukan tugas pemberitaan Injil ini secra baik pada saat murid-murid dipenuhi Roh Kudus, Petrus berkhotbah di Yerusalem dan 3.000 orang bertobat dan percaya kepada TuhanYesus Kristus (bnd. Kis. 2). Peristiwa ini oleh para pakar Sejarah Gereja dilihat sebagai awal membicarakan tentang sejarah Gereja mula-mula adalah Kisah Para Rasul. Selanjutnya Kitab ini disebut Kitab Sejarah Gereja mula-mula.

Dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat mengikuti cerita (kesaksian) tentang orang-orang yang dipanggil menjadi pengikut Kristus (Gereja) melalui khotbah Para Rasul seperti:
Sejarah Gereja mula-mula di Yerusalem menurut Kitab Kisah Para Rasul:
• Kis. 2:14-41 khususnya ay. 41: Mereka yang bertobat 3.000 orang (jemaat Kristen I di Yerusalem).
• Kis. 2:41-47 = pertambahan Jemaat mula-mula di Yerusalem karena bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, memecahkan roti (perhatian sosial satu dengan yang lainnya), dan doa serta memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jadi pertambahan anggota jemaat karena Tuhan melalui orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Artinya mereka yang tidak percaya melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus.
• Kis. 4:4 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem menjadi 5.000 orang. Artinya melalui pengajaran (khotbah) Petrus dan Yohanes (Kis. 4:1) maka di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes menjadi bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
• Kis. 5:14 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem: makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.
• Kis. 8:4-13 = Dimulainya jemaat Kristen pertama di Samaria melalui pemberitaan Injil oleh Filipus: orang banyak yang mendengar pemberitaan Filipus dan tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakan itu. Selanjutnya para rasul mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria dan mereka berdoa di sana supaya orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka baru dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
• Kis. 8:26-40 = Narasi tentang orang non-Yahudi (Etiopia) yang diinjili Filipus dan dibaptis
• Kis. 9:32-43 = Jemaat pertama atau penduduk di Lida, Saron, dan Yope yang percaya kepada Tuhan karena pelayanan Petrus.
• Kis. 10:1-48 = Jemaat pertama non-Yahudi (yang tidak bersunat) di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan paparan di atas, kita memahami bahwa lahirnya jemaat Gereja mula-mula di Yerusalem dan beberapa daerah di sekitar daerah Palestina adalah hasil karya Roh Kudus melalui Rasul Petrus, Rasul Yohanes, Filipus dan beberapa rasul yang lain, sedangkan Rasul Paulus dan Barnabas diutus oleh jemaat Antiokhia ke bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi di perantauan yaitu di wilayah Romawi (dibahas secara khusus dalam konteks hellenisme).

Jadi, dapat dipahami bahwa mayoritas anggota jemaat (Gereja) mula-mula di Yerusalem adalah orang Yahudi dan berperan cukup besar s.d. tahun 70 Masehi sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus dan pemisahan hubungan orang Kristen-Yahudi dengan Orang Yahudi yang beragama Yahudi. Dan sejak tahun 70 Agama Yahudi dan Kristen berpisah, sejak saat itu orang Kristen Yahudi tidak diperkenankan memakai tempat ibadah Yahudi seperti sinagoge.

Read More

Konteks Gereja Lahir dan Berkembang di Dunia Hellenisme

Konteks Gereja Lahir dan Berkembang di Dunia Hellenisme
Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.

a.Orang Yahudi tersebar di penjuru bumi: di wilayah kekuasaan Romawi bagian timur yang pada waktu itu meliputi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/ Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ezra 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000, di Alexandria 1/3 dari jumlah penduduk.
b. Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allah) di Yerusalem
c. Orang-orang Yehudi di Perantauan mempunyai tempat ibadah: Sinagoge, pada hari sabtu orang Yahudi berkumpul di Sinagoge untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homilianya (penjelasannya) bnd. Luk. 4:16. Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
d. Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) yang mereka miliki
e. Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan/selamat kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4, 11:30)
f. Orang Yahudi terkenal dengan Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)
g. Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (bagi mereka yang berminat baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga di Introduksi PB oleh Ola Tuluan)
h. Orang-orang Yahudi di tempat perantauan, yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat di wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya Yahudi bersiarah ke Yerusalem untuk merayakannya.
i. Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB)

Read More

Makna Studi Sejarah Gereja

Makna Studi Sejarah Gereja
Makna Belajar Sejarah Gereja
Studi Sejarah termasuk sejarah gereja kadang membosankan, para mahasiswa Teologi lebih senang belajar mata kuliah selain mata kuliah historika. Bagi mereka studi sejarah gereja tidak lain adalah studi menghafal fakta sejarah gereja yang amat beragam. Dengan begitu mereka tidak bergairah karena mata kuliah ini tidak lain mata kuliah penuh hafalam tahun, peristiwa-peristiwa yang sedemikian banyak. Namun benarkan sikap ini? Untuk itu perlu pendekatan yang bersifat filosofis terhadap fakta masa lampau yang kemudian menjadi bermakna. Makna inilah yang mau saya sampaikan disini. Dengan uraian singkat ini kita segera menyimpulkan makna belajar (mengetahui) Sejarah Gereja. Makna (kegunaan) belajar Sejarah Gereja adalah:

a) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui karya Allah Tritunggal pada masa lampau.
b) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui respons orang-orang percaya pada masa lampau terhadap panggilan Yesus melalui berita Injil
c) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami Perjanjian Baru
d) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui keberanian orang Kristen pada masa lampau dalam menghadapi penganiayaan (tantangan).
e) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami pergumulan Gereja dalam perjumpaannya dengan pemerintah
f) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa tidak selamanya Tuhan membiarkan umat-Nya menghadapi penganiayaan, tetapi memberi juga masa kelegaan (pembebasan) dari penderitaan.
g) Belajar Sejarah Gereja menolong saya memahami bahwa saya harus bersedia mengikuti Tuhan dalam masa susah dan senang
h) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak memutlakkan pemikiran teologis Gereja kita sendiri.
i) Belajar Sejarah Gereja menolong kita untuk tidak mengulangi kesalahan masa lampau
j) dst (masih terlalu banyak makan dari belajar Sejarah Gereja)

Periodisasi Sejarah Gereja Umum
Periodisasi adalah usaha menetapkan tahun-tahun, peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Sejarah Gereja (Sejarah Gereja Umum I). Periodisasi Sejarah Gereja Umum dapat dibuat sbb:
a) Zaman Gereja Mula-mula 30 – 590
1) Zaman Gereja menghadapi penganiayaan 30-313
2) Zaman Gereja bebas dari penganiayaan 313-590
a. Zaman toleransi (agama toleransi) Th. 313
b. Zaman Agama Negara, Thn. 380
b) Zaman Gereja Abad Pertengahan 590-1492/1500
1) Awal abad pertengahan
2) Abad pertengahan yang jaya
3) Akhir abad pertengahan

Read More

Studi Sejarah Gereja: Arti Sejarah Gereja

Studi Sejarah Gereja: Arti Sejarah Gereja
PENDAHULUAN

Studi Sejarah Gereja secara akademis dalam Perguruan Tinggi Teologi di Indonesia, biasanya dibagi dalam beberapa bagian yakni : (1) Sejarah Gereja Umum I, (2) Sejarah Gereja Umum II, (3) Sejarah Gereja Asia dan (4) Sejarah Gereja Indonesia.

Pembagian materi kuliah Sejarah Gereja seperti dipaparkan di atas memang telah diatur dalam kurikulum Standar Nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia cq Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan untuk diberlakukan dalam setiap Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah Dirjen Bimas Kristen Protestan Republik Indonesia.

Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah yang tidak banyak disukai oleh mahasiswa. Para mahasiswa lebih senang mengikuti mata kuliah kelompok Biblika, Sistematika Teologi, Misiologi dan mata kuliah praktika atau mata kuliah non-Sejarah Gereja. Kesenangan ini sebenarnya tidak beralasan karena setiap materi kuliah yang disajikan dalam kurikulum Perguruan Tinggi Tologi sebenarnya mempunyai sejarah, misalnya mata kuliah Sistematika Teologi atau Dogmatika mempunyai sejarahnya yaitu sejarah Teologi Sistematika, artinya tidak ada mata kuliah yang tidak lepas dari unsur sejarah.

Kendatipun demikian, animo mahasiswa yang berkurang terhadap mata kuliah Sejarah Gereja dapat dipahami karena adanya stigmatisasi yang keliru yaitu belajar Sejarah Gereja tidak lain belajar menghapal data-data sejarah yang terlampau banyak. Memang belajar Sejarah Gereja tidak dapat dilepaskan dari menghafal, tetapi menghafal tidak akan ada artinya jika tidak dibarengi dengan usaha untuk mengetahui atau usaha menghafal disertai mengetahui atau berusaha mengetahui makna dari apa yang dihafalnya. Ini berarti bahwa pendekatan dalam pembelajaran Sejarah Gereja tidak dimutlakkan untuk menghafal, tetapi yang lebih diutamakan adalah maknanya.

Bila pendekatan pembelajaran Sejarah Gereja lebih diarahkan pada usaha mencari makna dari Sejarah Gereja maka animo belajar Sejarah Gereja akan bertambah. Apa yang saya kemukakan ini bukan hanya sebuah teori, melainkan telah menjadi pengalaman selama mengajarkan mata kuliah Sejarah Gereja di SETIA dan STT Bethel The Way (menjadi asisten Pdt. Dr. Matheus Mangentang, M.Th. dan menjadi dosen Sejarah Gereja di STT Bethel The Way). Ketika saya menekankan tentang makna belajar Sejarah Gereja, mahasiswa menjadi antusias. Misalnya yang saya jumpai dalam interaksi mahasiswa STT Bethel The Way kelas malam dan regular pada periode kuliah Januari s/d Mei 2006. Saya terkesan dengan interaksi mahasiswa STTB untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Dengan demikian, alasan-alasan negative yang mempengaruhi warga pembelajar (mahasiswa atau pecinta sejarah) seperti : belajar Sejarah Gereja adalah belajar menghafal, belajar Sejarah Gereja dianggap membuang waktu untuk memperhatikan masa lampau, sebaiknya waktu sekarang dipakai untuk memikirkan apa yang sedang dan akan dihadapi daripada membicarakan hal-hal yang sudah lampau, dan alasan lain yang secara beragam dikemukakan oleh mahasiswa terhadap pembelajaran Sejarah Gereja dapat dihindari, dengan kata lain pendekatan makna dalam pembelajaran Sejarah Gereja akan meningkatkan keinginan mahasiswa untuk belajar Sejarah Gereja karena dengan pendekatan seperti itu, maka mahasiswa memperoleh manfaat belajar Sejarah Gereja bagi dirinya dalam pelayanan yang sedang dan akan dilakukan.

Jadi, apa yang dikemukakan terakhir di atas kiranya menjadi perhatian mahasiswa STTB Program Koresponden. Pelajaran Sejarah Gereja ini akan menjadi sesuatu yang membakar semangat, memotivasi, memberi peneguhan ulang bagi kita dalam pergumulan pelayanan kita di Indonesia bila “kika melihat Sejarah Gereja dalam rangka memahami karya TUHAN dalam diri orang-orang percaya dan bagaimana respons mereka terhadap panggilan Allah kepada Gereja-Nya pada masa lampau di luar Indonesia” (Muanley, 2001:3). Dalam kaitan itu, maka setiap belajar materi Sejarah Gereja kita harus bertanya : Apa, Mengapa dan Bagaimana. Dr. Anne Ruck, salah seorang pakar Sejarah Gereja menyatakan, “Inti belajar Sejarah Gereja bukan menghafal nama dan tahun melainkan betanya, Siapa yang menabur benih, siapa yang menyiramnya, mengapa orang Kristen pada masa lampau rela mempertaruhkan nyawanya karena kepercayaan kepada Kristus? Apa motivasi memberitakan Injil? Dan masih banyak pertanyaan yang dapat kita kembangkan ketika sedang belajar sejarah.”

Apa yang kami dikemukakan di atas kiranya dapat menolong para mahasiswa program koresponden untuk bersemangat dalam belajar Sejarah Gereja Umum. Materinya meliputi Sejarah Gereja Mula-mula sampai Sejarah Gereja Abad Pertengahan atau Gereja pada Abad Kegelapan.
Akhirnya harapan dan doa kami kiranya mahasiswa dapat mengadakan studi Sejarah Gereja dengan terfokus kepada inti belajar Sejarah Gereja yaitu belajar bertanya. Selamat bertanya pada Sejarah Gereja dan selamat menikmati kekayaan dari belajar Sejarah Gereja untuk diri sendiri dan juga untuk jemaat atau dalam pelayanan.

Penyusun
Pdt. Yonas Muanley, M.Th.

ARTI, MAKNA, PERIODISASI SEJARAH GEREJA UMUM

1.1. ARTI SEJARAH GEREJA

Arti Sejarah Gereja yang dimaksud di sini lebih kepada usaha memberi definisi terhadap Sejarah Gereja. Dalam usaha merumuskan definisi untuk Sejarah Gereja kita akan berusaha melihat arti dari dua kata tersebut yaitu kata Sejarah dan Gereja.

Arti kata Sejarah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau).
2. Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut. Dengan kata lain sejarah dapat diartikan pada peristiwa-kejadian itu sendiri dan uraian tentang peristiwa tersebut.

Arti kata Gereja.

Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan ‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti (1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan pola hidup. (2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).

Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini: Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).

Berdasarkan definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti tersebut di atas maka berikut ini akan dirumuskan pengertian dari kata “Sejarah Gereja”.
Ternyata pengertian tentang Sejarah Gereja, yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam pemberian definisi. Artinya ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebagkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.

Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
a). Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen
b). Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus
c). Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus
d). Sejarah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab: karena tafsiran muncul gereja-gereja
e). Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan meraka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini
f). Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus
g). Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang diimaninya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyatakan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.

Jadi, definisi Sejarah Gereja yang mempertimbangkan aspek empiris dan penilaian teologis adalah sbb:

Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan/empiris/fakta) dan apakah perwujudan keselamtan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).

Bahan Ajar oleh Yonas Muanley
Read More

Contoh Silabus dan RPS SGA Berbasis KKNI

Contoh Silabus dan RPS SGA Berbasis KKNI
Berikut ini saya posting contoh silabus yang saya buat dengan model KKNI. Harapan saya bahwa teman-teman di Sekolah Tinggi Teologi di Seluruh Indonesia dapat menjadikan sebagai salah satu referensi dalam membuat contoh silabus dan RPS. Saya posting contoh dalam bentuk tangkapan layar karena agar sulit dimasukan form dalam blogspot.


ini lanjutan dalam bentuk word

B. Model Pembelajaran

Ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sebuah mata kuliah yang diadakan di Perguruan Tinggi. Dari sekian model itu, mata kuliah Sejarah Gereja Asia diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan berbasis KBK dan KKNI, yaitu diskusi kelompok dalam nuansa kolokium, serta Cooperative Learning. Pemilihan model pembelajaran ini didasarkan pada paradigma pembelajaran berbasis peserta didik. Dengan kata lain, upaya dalam pembelajaran desain kurikulum sekolah minggu melibatkan mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan membuat mahasiswa menjadi pusat pembelajaran. Pemanfaatan metode diskusi kelompok mewajibkan mahasiswa membentuk kelompokdiskusi/kelompok desain kurikulum untuk membahas bahan secara bergantian dan secara bergantian menjadi jurubicara dan presentasi. Ketika di luar kelas, mahasiswa meriview materi kuliah sebelumnya. Sedangkan alasan menggunakan model Cooperative Learning karena mata kuliah ini mengharuskan mahasiswa membahas dan menyimpulkan materi Sejarah Gereja Asia.

C. Buku Acuan Utama

Buku yang dijadikan sebagai sumber acuan dalam Sejarah Gereja Asia yaitu: Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia. Jakarta : BPK, 2013. Selain itu mahasiswa dapat menggunakan buku sejarah gereja Asia karangan tokoh-tokoh sejarah yang berkompeten. Weblog Dosen: Sejarah Gereja Asia. https://bahanajarsejarahgerejaasia.blogspot.com/

D. Pelaksanaan Perkuliahan dan Penilaian

Waktu pelaksanaan kuliah Sejarah Gereja Asia diadakan selama 14 minggu atau 14 kali pertemuan (tatap muka dilaksanakan dalam 1 minggu satu kali). Tahapan kuliah terdiri atas 7 pertemuan sebelum ujian tengah semester dan 7 pertemuan sesudah ujian tengah semester. Jadi, penilaian atau evaluasi terhadap prestasi mahasiswa dilaksanakan dalam 2 kali, yaitu melalui Ujian Tengah Semester atau UTS dan Ujian Akhir Semester atau UAS. Penilaian yang diperoleh mahasiswa dalam bentuk Nilai Akhir adalah akumulasi dari nilai seperti: kehadiran dan keaktifan di kelas (10%), tugas terstruktur (30%), UTS (25%) dan UAS (25%). Grade nilai terdiri dari: Nilai A (80 – 100), Nilai B (66 – 79,99), Nilai C (56,99), Nilai D (46 – 55,99) dan Nilai E (0 – 49,99). Nilai A, B dan C lulus, sedang nilai D dan E tidak lulus dan wajib diulang.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


Masih ada kolom lanjutan, dan kolom yang terakhir adalah Daftar Pustaka sbb:

Sumber:
Yonas Muanley, M.Th. Diktat Asia Rumah Tinggal Tuhan di Bumi.Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar, Jakarta, 2005
Yonas Muanley, S.Th. Diktat Sejarah Gereja Asia. Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar, Jakarta, 1997
dan buku-buku lain

Read More

Silabus PAK Dalam Masyarakat Majemuk

Silabus PAK Dalam Masyarakat Majemuk
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ,,,
Program Studi Pendidikan Agama Kristen

SILABUS BRBASIS KKNI
MATA KULIAH PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Dosen Pengampu: Dr. Yonas Muanley, M.Th.

A. Deskripsi

Mata Kuliah ini menolong mahasiswa dalam menganalisis prinsip dan strategi PAK dalam Masyarakat majemuk, menghayati pentingnya, serta mengembangkan model PAK Multikultur yang inklusif. Untuk mencapai maksud ini, pokok-pokok yang disajikan menjadi pengalaman belajar mahasiswa, yani: realitas pluralisme Masyarakat Indonesia; Dasar hokum dan teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk; prinsip-prinsip PAK dalam Masyarakat Majemuk; sikap-sikap yang perlu dihindari dalam Masyarakat Majemuk; Pendekatan PAK dalam Masyarakat majemuk; Strategi PAK dalam Masyarakat Majemuk; model PAK yang multikultur (PAK Yang Idonesiawi) dan Inklusif yang cocok dengan Masyarakat Indonesia; memperlihatkan kesenangannya menjadi Guru PAK yang multikultur dan inklusif dalam hidup dan pelayanannyaMahasiswa mampu menguraikan realitas pluralisme Masyarakat Indonesia; Dasar hokum dan teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk; prinsip-prinsip PAK dalam Masyarakat Majemuk; sikap-sikap yang perlu dihindari dalam Masyarakat Majemuk; Pendekatan PAK; merencanakan Strategi PAK; mengembangkan model PAK yang multikultur (PAK Yang Idonesiawi) dan Inklusif yang cocok dengan Masyarakat Indonesia; memperlihatkan kesenangannya menjadi Guru PAK yang multikultur dan inklusif dalam hidup dan pelayanannya

B. Model Pembelajaran

Ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sebuah mata kuliah yang diadakan di Perguruan Tinggi. Dari sekian model itu, mata kuliah PAK Dalam Masyarakat MAjemuk diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan berbasis KBK dan KKNI, yaitu diskusi kelompok dalam nuansa kolokium, serta Cooperative Learning. Pemilihan model pembelajaran ini didasarkan pada paradigma pembelajaran berbasis peserta didik. Dengan kata lain, upaya dalam pembelajaran desain kurikulum sekolah minggu melibatkan mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan membuat mahasiswa menjadi pusat pembelajaran. Pemanfaatan metode diskusi kelompok mewajibkan mahasiswa membentuk kelompokdiskusi/kelompok desain kurikulum untuk membahas bahan secara bergantian dan secara bergantian menjadi jurubicara dan presentasi. Ketika di luar kelas, mahasiswa meriview materi kuliah sebelumnya. Sedangkan alasan menggunakan model Cooperative Learning karena mata kuliah ini mengharuskan mahasiswa membahas dan menyimpulkan materi PAK Dalam Masyarakat Majemuk.

C. Buku Acuan Utama

Silakan tulis Buku sumber yang digunakan

Internet:

Yonas Muanley dalam https://masyarakatmajemuk.blogspot.com

D. Pelaksanaan Perkuliahan dan Penilaian

Lamanya pelaksanaan kuliah PAK Dalam Masyarakat Majemuk diadakan selama 14 minggu atau 14 kali pertemuan (tatap muka dilaksanakan dalam 1 minggu satu kali). Tahapan kuliah terdiri atas 7 pertemuan sebelum ujian tengah semester dan 7 pertemuan sesudah ujian tengah semester. Jadi, penilaian atau evaluasi terhadap prestasi mahasiswa dilaksanakan dalam 2 kali, yaitu melalui Ujian Tengah Semester atau UTS dan Ujian Akhir Semester atau UAS. Penilaian yang diperoleh mahasiswa dalam bentuk Nilai Akhir adalah akumulasi dari nilai seperti: kehadiran dan keaktifan di kelas (10%), tugas terstruktur (30%), UTS (25%) dan UAS (25%). Grade nilai terdiri dari: Nilai A (80 – 100), Nilai B (66 – 79,99), Nilai C (56,99), Nilai D (46 – 55,99) dan Nilai E (0 – 49,99). Nilai A, B dan C lulus, sedang nilai D dan E tidak lulus dan wajib diulang.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
(RPS)
Mata Kuliah PAK Dalam Masyarakat Majemuk
Program Studi Pendidikan Agama Kristen
Semester
Kode
SKS 2 SKS
Dosen Dr. Yonas Muanley, M.Th.

Kompetensi

Mahasiswa mampu menganalisis prinsip dan strategi PAK dalam Masyarakat majemuk, menghayati pentingnya, serta mengembangkan model PAK Multikultur yang inklusif

(1)Pertemuan Minggu ke (2)
Kemampuan Akhir yang diharapkan (3)
Materi Pembelajaran (4)
Model Pembelajaran (5)
Kriteria/Indikator Penilaian (6)
Bobot
Nilai
1.Mahasiswa mampu menguraikan realitas pluralisme Masyarakat Indonesia
Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang realitas pluralisme masyarakat Indonesia Peserta didik aktif berdiskusi dan berperan mempresentasikan hasil diskusi 5%
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar hukum dan teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk
Peran Guru dalam pembelajaran Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang Peran Guru dalam pembelajaran . Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang Peran Guru dalam pembelajaran Peserta didik aktif berdiskusi dan berperan mempresentasikan hasil diskusi 5%
3 Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar hokum dan teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk
Peran Guru dalam pembelajaran Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang dimensi-dimensi peran guru dalam pembelajaran. Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang peran guru dalam pembelajaran Peserta didik aktif berdiskusi dan berperan mempresentasikan hasil diskusi 5%
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip PAK dalam Masyarakat Majemuk
Komponen-komponen pembelajaran Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang Komponen-komponen pembelajaran.. Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang Komponen-komponen pembelajaran Peserta didik aktif dalam mengidentifikasi prinsip PAK MAjemuk 10%
5. Mahasiswa mampu mencermati sikap-sikap yang perlu dihindari dalam Masyarakat Majemuk

Ragam Strategi dan metode megajar
Diskusi Kelompok

Dosen : Merancang bahan diskusi tentang Ragam Strategi dan metode megajar Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang Ragam Strategi dan metode megajar Peserta didik aktif dalam mengcermati sikap-sikap yang perlu dihindari dalam masyarakat mejemuk 10% 6 Mahasiswa mampu mendeskripsikan Pendekatan PAK Ragam Strategi dan metode megajar Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang Ragam Strategi dan metode megajar .
Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang ragam strategi pembelajaran PAK Peserta didik aktif dalam mengidentifikasi pendekatan pembelajaran Pendidikan Kristen 10%
7. UJIAN TENGAH SEMESTER 8. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Pendekatan PAK (Lanjutan)
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran PAK
Diskusi Kelompok

Dosen : Merancang bahan diskusi tentang kriteria pemilihan strategi pembelajaran PAK.
Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang kriteria pemilihan strategi pembelajaran PAK Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10%
9 Mahasiswa mampu merencanakan Strategi PAK
Ketrampilan mengajar Diskusi Kelompok
Dosen : Merancang bahan diskusi tentang ketrampilan mengajar PAK.
Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang ketrampilan mengajar PAK Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10%
10. Mahasiswa mampu merencanakan Strategi PAK (lanjutan)
latihan menyusun strategi pembelajaran
Diskusi Kelompok

Dosen : Merancang bahan diskusi tentang latihan menyusun strategi pembelajaran

Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang latihan menyusun strategi pembelajaran Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10%
11. Mahasiswa mampu mengembangkan model PAK yang multikultur (PAK Yang Idonesiawi) dan Inklusif yang cocok dengan Masyarakat Indonesia
latihan menyusun strategi pembelajaran
Diskusi Kelompok

Dosen : Merancang bahan diskusi tentang latihan menyusun strategi pembelajaran

Mahasiswa mendiskusikan dan setiap peserta kelompok mendapat peluang menyatakan pendapatnya tentang latihan menyusun strategi pembelajaran Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10%
12. Mahasiswa mampu mengembangkan model PAK yang multikultur (PAK Yang Idonesiawi) dan Inklusif yang cocok dengan Masyarakat Indonesia latihan menyusun strategi pembelajaran latihan menyusun strategi pembelajaran Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10% 13. Mahasiswa mampu memperlihatkan kesenangannya menjadi Guru PAK yang multikultur dan inklusif dalam hidup dan pelayanannya Pembelajaran Remedial Praktik kesenangan menjadi guru PAK yang multikultural dan Inklusif Peserta didik tepat waktu menyelesaikan tugas 10%
14. UJIAN AKHIR SEMESTER
Sumber
Disiapkan oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh

Yonas Muanley

Read More