Mengenal Google Education di Build with Classroom and G Suite

Mengenal Google Education di Build with Classroom and G Suite
Google melakukan terobosan di bidang pendidikan dengan menghadirkan Google untuk Pendidikan. Kehadiran ini membantu berbagai pihak dalam kepedulian akan pendidikan dengan melibatkan pendidik, pengembang, dan penggemar google eduaction. Google Eduaction juga mengajak siapa saja yang peduli dengan pendidikan dapat bergabung dan mempelajari lebih lanjut tentang integrasi Google Apps for Education dan Classroom di Hilton in Room 406. Atau ikuti di Twitter dan Facebook untuk berita dan pembaruan.

Ketika kita mengunjungi dan menggunakan aplikasi Google untuk pendidikan, maka kita mesti tahu bahwa teknologi ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Itu sebabnya kami bertujuan untuk memberikan pengembang alat untuk menciptakan lingkungan belajar virtual terbaik melalui teknologi untuk guru dan peserta didik. Beberapa aplikasi seperti API Kelas, API Google Apps, dan API Google Documents yang baru, pengembang dapat menata kembali apa yang mungkin di Google Apps for Education agar sesuai dengan kebutuhan pendidik, sekolah, dan peserta didik.
Selanjutnya kunjungi Google Education
Read More

Cara Melakukan Identifikasi Masalah

Cara Melakukan Identifikasi Masalah
Penelitian untuk skripsi, tesis dan disertasi selalu mencantumkan hasil identifikasi masalah pada Bab I setelah selesai menulis masalah penelitian. Untuk itu ada cara melakukan identifikasi masalah penelitian. Cara itu kami sebutkan sebagai berikut.

1. Kita mengidentifikasi masalah sebanyak-banyaknya. Hal ini tentu didasarkan pada paparan masalah penelitian yang telah dikemukakan dalam bab I poin A. Latar Belakang Masalah
2. Langkah selanjutnya kita pilah dan klasifikasi berdasarkan jenis atau bidang masalah yang diteliti
3. langka ketiga, kita urutkan mulai dari masalah yang ringan sampai pada masalah yang kompleks.
4. langkah keempat, kita lakukan konfirmasi agar menemukan masalah yang tepat untuk diteliti.
5. Bila sudah selesai dikonfirmasi maka masalah penelitian layak untuk diteliti
6. Fokuskan pada masalah yang terbatas (batasi masalah), terukur dalam ruang linkup kecil, terinci dan dicari solusinya
7. Pilihlah fokus permasalahan yang terbatas. yang berukuran kecil, yang dapat dicari solusinya dalam waktu singkat yang tersedia untuk melakukan penelitian terapan.
8. Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan bagi kepentingan hamba Tuhan, guru/dosen dan siswa/mahasiswa, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas/ruang kuliah.
9. Bekerjalah secara kolaboratif bersama mitra sejawat dalam penelitian ini, tanyalah apakah dia juga pernah menghadapi permasalahan yang semacam dengan masalah yang dihadapi guru/dosen.
10. Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan rencana perkembangan Gereja, lembaga pelayanan di mana hamba Tuhan itu bertugas, bagi guru dapat dihubungkan dengan sekolah atau dosen dengan fakultas secara keseluruhan.

Memilih Masalah Penelitian

Banyaknya masalah penelitian yang sering ditemukan dalam pelayanan hamba Tuhan seringkali membuat seorang peneliti harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.
Sebelum memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian. Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut :

“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya?”
“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup?”
“Apakah topik tersebut penting untuk diteliti?”
“Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji/interest topik?”
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002)
Read More

Signifikasnsi Masalah Penelitian

Signifikasnsi Masalah Penelitian
Mengapa penelitian harus memiliki masalah dan apa Signifikasi Masalah Penelitian tersebut. Artikel singkat ini membahas tentang signifikansi masalah penelitian sbb:

Pertama, dianjurkan bahwa masalah yang dipilih untuk diangkat dalam penelitian adalah masalah yang mempunyai nilai yang bukan sesaat dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipakai guna memecahkan masalah yang mirip atau sejenis. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkaji seberapa besar tingkat kebermaknaan (signifikansi) permasa1ahan penelitian yang di pilih.

Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengkaji misalnya sebagai berikut.
1. Apakah masalah secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan? Jika ya apakah menuntut pemecahan tindak segera, dan apakah telah terumuskan secara spesifik jelas?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai berharga untuk perbaikan praktek dan perbaikan pembelajaran.

Terhadap pertanyaan pertama, masalah mengindikasikan bahwa dasar teoritik dan konseptual dapat dibangun untuk merumuskan alternatif solusi. Sebab dalam masalah yang telah terumuskan akan menunjukkan keterkaitan faktor satu terhadap lainnya yang menyebabkan timbulnya masalah dan yang seharusnya menurut teori dan konsep tidak akan timbul atau terjadi. Atas dasar faktor tersebut maka dapat dicari dan diajukan alternatif solusi untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh faktor terhadap hasil yang diharapkan.

Kedua, masalah yang diangkat haruslah benar-benar yang hidup, dirasakan dalam tugas keseharian guru. Oleh karena itu, guru akan dapat mengurai, hal-hal atau faktor apa saja yang terkait, dan apakah ada masalah lain yang merupakan ‘pengiring’ yang juga memerlukan tindakan pemecahan. Misal kelambatan memahami bacaan, bisa terkait dengan kemampuan dan penguasaan kosa kata yang kurang, cara dan kebiasaan berpikir, kecepatan membaca dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah merupakan permasalahan tunggal ataukah permasalahan ganda dan terkait.
Ketiga, seberapa jauh kebermanfaatan pemecahan masalah yang dilakukan, dilihat dan segi kelangsungan, daya keampuhan serta keterpakaian model tindakan. Model tindakan yang sifatnya sekali pakai, tentu kurang bernilai apalagi jika dampak hasilnya hanya sesaat.

Sumber Masalah Penelitian

Masalah Penelitian (baik Kuantitatif dan Kualitatif) dapat diperoleh diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif.
atau
1. Pengalaman pribadi
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3. Kerja dan kontak profesional
4. Pengujian dan pengembangan teori yang ada
5. Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Read More

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian: Masalah Penelitian. Melalui materi ini saya membahas masalah penelitian dan beberapa aspek metodologi yang sekranya berguna bagi pembaca blog. Untuk itu saya mulai pembahasan ini dengan menentukan Standar Kompetensi/Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menguasai teori-teori berbagai metode penelitian dan menerapkan dalam desain penelitian akademik (proposal tesis Bab I-III). Dengan kata lain tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu membuat proposal tesis.

Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian (Bab I).

Proses Penelitian

Proses penelitian terdiri atas:
1. masalah penelitian (Bab I)
2. Telaah Teoritis (Bab II)
3. Menentukan metode penelitian (Bab III)
4. Pengujian Fakta (Bab IV)
5. Kesimpulan (Bab V)

Malasah Penelitian (Tujuan KD 1: Mampu memilih masalah penelitian)
Pengertian Umum

Dalam kehidupan sehari-hari seperti di sekolah (di dalam kelas) guru tidak akan bebas dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Di Gereja juga tidak bebas dari masalah, di pelayanan juga tidak bebas dari masalah. Di dalam rumah tangga juga ada masalah, antara hamba Tuhan juga ada masalah. Dstnya. Masalah yang muncul mungkin sederhana, tetapi bisa juga kompleks yaitu masalah yang dihadapi setiap orang secara individual, kelompok ataupun yang secara umum dialami oleh setiap guru, siswa, pelayan, hamba Tuhan, dst. Misalnya seorang guru yang mengajar bahasa, sekalipun ia telah berusaha menerapkan konsep-konsep dengan cara yang dipandang efektif, namun ternyata siswa tidak mampu memahami dengan baik dan terjadi kesalahan pemahaman. ini menunjukkan adanya kesenjangan antara apa yang terjadi dengan apa yang ia harapkan atau antara “what should be dengan what it is”.

Ada kemungkinan para peserta didik tidak merespons seperti yang diharapkan atau ada kemungkinan peserta didik kurang memahami apa yang sedang dikemukakan atau ditanyakan, atau kemungkinan lain suasana kelas kurang kondusif untuk pembelajaran yang sedang berlangsung, atau pun ada sebab-sebab lainnya. Inilah suatu pertanda, bahwa ada persoalan dalam pembelajaran, dan sebaiknya guru atau dosen memberikan perhatian terhadap hal itu. Apabila guru atau dosen memperhatikan adanya suatu kondisi yang tidak seharusnya ada dalam proses pembelajaran, maka dapat dikatakan sudah ditemukan sesuatu yang dapat dijadikan permasalahan penelitian.

Dengan penampilan memberi maras dan wajah sendu, seorang mahasiswa datang berkonsultasi: ”Pak. Saya lagi punya masalah besar. Kiriman belum datang. Tidak bisa membayar SPP. Ini hari terakhir pembayaran SPP”. Masalah besar? “Nih uang. Bayar SPPmu”. Si Mahasiwa pamit. Membayar SPP.

Dalam kehidupan sehari-hari, beragam masalah kita hadapi. The life is problems; problems must be solve. Tidak mampu membayar SPP karena tidak punya uang, yang punya masalah diberi uang untuk membayar SPP, masalah selesai. Setiap hari ratusan masalah kita selesaikan. Semakin banyak masalah terselesaikan, semakin nyaman hidup. Orang-orang sukses adalah orang yang mampu menyelesaikan masalah. Orang-orang bermasalah adalah mereka yang hidup dengan masalah. Jangan takut masalah, tetapi … jangan mencari-cari masalah.

Pengertian Khusus Masalah Penelitian

Segi yang paling pokok atau inti dalam penelitian adalah masalah penelitian. Tidak ada masalah, berarti tidak ada penelitian karena masalah itulah yang menyebabkan adanya penelitian. Masalah yang akan dikemukakan dalam proposal harus menciptakan minat pembaca terhadap pokok penelitian, baru kemudian masalahnya dikemukakan. Selanjutnya, penelitian di tempatkan dalam konteks literature kesarjanaan yang lebih luas yang membahas kekurangan dalam dalam literature itu sehubungan dengan masalah tersebut. Dalam konteks pemahaman ini masalah didefinisikan sbb: Masalah adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Namun, tidak semua situasi yang tidak memuaskan adalah masalah. Situasi itu harus betul-betul-betul tidak memuaskan sehingga dirasakan sebagai masalah. Pengalaman itu bukan saja pengalaman dalam praktik, melainkan juga dalam mengamati dua teori yang bertentangan. Setelah masalah ditemukan, peneliti dapat menulis paragraph-paragraf yang menyatakan masalah penelitian dalam proposal penelitian (Andreas B. Subagyo, 2004:180)

Penelitian dapat dilihat sebagai proses yang mencakup penemuan masalah (problem finding) dan pemecahan masalah (problem solving). Penemuan masalah penelitian merupakan tahap penelitian yang paling sulit dan krusial karena tujuan penelitian adalah menjawab masalah penelitian, sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Proses penemuan masalah mencakup tahap-tahap, antara lain: identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau penentuan pokok masalah, dan perumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya dalam proses penelitian. Konsep-konsep teoritis yang ditelaah harus relevan dengan rumusan masalah yang diteliti. Rumusan masalah juga menjadi pertimbangan dalam memilih metode-metode pengujian fakta. Pendekatan yang digunakan peneliti untuk menjawab masalah penelitian disebut dengan strategi penelitian (Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 2002:8)

Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan gereja, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1)

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam berbagai jenis penelitian.

Memilih dan merumuskan Masalah Penelitian

Penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lalu apa sebenarnya masalah penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

Danim (2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masalah penelitian keperawatan adalah suatu kesenjangan atau diskongruensi antara kenyataan dan harapan di bidang keperawatan. Seperti dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari, dalam memberikan pelayanan keperawatan/ kebidanan, seorang perawat/ bidan dituntut untuk selalu menerapkan komunikasi yang terapeutik, namun apa yang terjadi? Masih sering kita temukan perawat/ bidan yang belum menerapkan komunikasi teraputik ini. Perawat/ bidan dituntut untuk selalu empati akan penderitaan pasien, kenyataannya belum dapat ber-empati terhadap penderitaan pasien yang dirawatnya.

Read More

Silabus Pembimbing Teo Sistematika

Silabus Pembimbing Teo Sistematika
SILABUS

Mata Kuliah : Pembimbing Teologi Sistematika
Bobot : 2 SKS/ 100 menit
Program Studi : S1
Semester : I (Periode Agustus – Desember 2010)
Dosen : Yonas Muanley, M.Div., M.Th.

Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu membekali diri dengan pengetahuan dasar teologi
sistematika dan relevabsinya dengan bidang ilmu teologi dan ilmu
lainnya sehingga timbul minat dan mampu mengembangkan studinya lebih lanjut.
Mata Kuliah Prasyarat: -


Deskripsi:

Melalui mata kuliah ini mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang pengertian dasar studi teologi sistematika yang didalamnya dibahas tentang: nama, tempat, tugas dan norma; Sejarah Teologi dengan focus bahasan: Gereja lama, Abad Pertengahan, Reformasi dan Post Reformasi, Rasionalisme dan supranaturalisme modern dengan abad XX termasuk pengalaman Asia; hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain seperti : Biblika, Historika, Praktika, Oikumenika, Filsafat, Agama-agama.

KOMPETENSI DASAR

Demi mencapai standar kompetensi di atas, maka dipilih 3 kompetensi dasar berserta indikatornya. Selanjutnya kompetensi dasar dan indicator dijadikan menjadi pokok dan sub pokok bahasan
KD 1. Menjelaskan pengertian dasar Studi Teologi Sistematika:

Indikator:
1. Menjelaskan Nama/istilah teologi sistematik
2. Menganalisis Tempat/kedudukan teologi sistematika
3. Menilai Tugas/fungsi teologi sistematik
4. Menjelaskan Norma/sumber/metode dalam berteologi

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca Kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm. 2-8

KD 2. Hubungan Doktrin/dogma dengan sistematika Teologi

Indikator:

1. Menjelaskan hubungan dan membedakan Teologi sistematika dengan doktrin
2. Menjelaskan hubungan Doktrin dengan teologi sistematik dan membedakannya
3. Menjelaskan hubungan Dogma dengan teologi sistematika dan membedakannya

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.


KD 3. Menjelaskan pembagian dan struktur Teologi sistematika

Indikator:

1. Menjelaskan pembagian teologi dalam arti sempit
2. Menganalisis Pembagian Teologi dalam arti luas
3. Membuat Struktur pembagian teologi sistematika

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.

KD 4. Merekonstruksi Sejarah Teologi

Indikator:
1. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Mula-mula/Gereja Lama
2. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Abad Pertengahan
3. Menjelaskan sejarah Teologi Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi
4. Menjelaskan Rasionalisme dan Supra Naturalisme Modern Dengan Abad XX Termasuk Pengalaman Asia

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.

KD 5. Menganalisis hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain

Indikator:

1. Menilai hubungan Biblika dengan teologi sistematika
2. Memaparkan hubungan Historika dengan teologi sistematika
3. Menjelaskan hubungan Praktika dengan teologi sistematika
4. Mendeskripsikan hubungan Oikumenika dengan teologi sistematika
5. Menganalisis hubungan Filsafat dengan teologi sistematika
6. Menjelaskan hubungan Agama-agama dengan teologi sistematika

Pengalaman Belajar:
Mahasiswa membaca kompilasi Pembimbing Ke Dalam Teologi Sistematik, hlm.


MATERI POKOK/POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian dasar Teologi Sistematika:
1.1. Nama/istilah teologi sistematik
1.2. Tempat/kedudukan teologi sistematika
1.3. Tugas/fungsi teologi sistematik
1.4. Norma/sumber/metode dalam berteologi

2. Perbedaan Doktrin/dogma dengan sistematika Teologi

2.1. Perbedaan Teologi sistematika dengan doktrin
2.2. Perbedaan Doktrin dengan teologi sistematik
2.3. Perbedaan Dogma dengan teologi sistematika

3. Pembagian dan struktur Teologi sistematika

3.1. Pembagian teologi dalam arti sempit
3.2. Pembagian Teologi dalam arti luas
3.3. Struktur pembagian teologi sistematika

4. Sejarah Teologi

4.1. Sejarah Teologi Gereja Mula-mula/Gereja Lama
4.2. Sejarah Teologi Gereja Abad Pertengahan
4.3. Sejarah Teologi Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi
4.4. Rasionalisme dan Supra Naturalisme Modern Dengan Abad XX Termasuk Pengalaman
Asia

5. Hubungan Teologi Sistematika dengan ilmu lain

5.1. Hubungan Biblika dengan teologi sistematika
5.2. Hubungan Historika dengan teologi sistematika
5.3. Hubungan Praktika dengan teologi sistematika
5.4. Hubungan Oikumenika dengan teologi sistematika
5.5. Hubungan Filsafat dengan teologi sistematika
5.6. Hubungan Agama-agama dengan teologi sistematika

Metode Kuliah
1. Ceramah
2. Kolokium
3. Diskusi
4. Tanya Jawab


Media Pembelajaran:

1. LCD
2. Media Buatan Dosen


Sistem Penilaian:
1. Kehadiran tanpa absen …………………. 10 %
2. Tugas terstruktur ……………………….. 30 %
3. Interaksi kelas ………………………….. 10 %
4. UTS …………………………………….. 25 %
5. UAS …………………………………….. 25 %
____
100 %

BUKU-BUKU SUMBER:
1. JAB Jongeneel, Pembimbing ke dalam Dogmatika Kristen, Jakarta : BPK
2. ____________, Kepercayaan dan Ilmu, Jakarta : BPK
3. Dictan Becker, Pedoman Dogmatika
4. Benhard Lohse, Pengalaman Sejarah Dogma Kristen, Jakarta : BPK
5. Paul Alvis, Ambang Pintu Teologi, Jakarta : BPK
6. Tony Lane, Runtut Pijar, Jakarta : BPK,
7. H. Hadiwijono, Teologi Reformasi Abad XX, Jakarta : BPK
8. Dirjen Kristen Protestan Indonesia, Peta Skema Hubungan Fungsional Antar Mata Kuliah
9. Yonas Muanley, Kompilasi Materi Pembimbing Ke dalam Teologi Sistematik/Dogmatika


Read More

Kisah Gereja dalam Dunia Hellenisme

Kisah Gereja dalam Dunia Hellenisme
Faktor-faktor pendukung eksistensi Gereja dalam dunia Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi)

1. Sentralisasi/pemusatan kekuasaan: penaklukan daerah lain menjadi bagian wilayah kekuasaan, seperti Alexander Agung (336-323 s.M) kerajaan Makedonia (Yunani) menguasai Yunani, Asia Kecil (Turki), Palestina, Syria, Persia, Mesir dan memasuki India. Kemudian kekaisaran Romawi berhasil menaklukkan wilayah yang dikuasai kerajaan Yunani. Pada waktu jajahan kebudayaan Yunani, telah mempengaruhi wilayah Asia Barat: Palestina, Asia, Syria (bhs Gereja tetap bahasa Siria/Aram), Asia Kecil dan Antiokhia yang nanti menjadi pusat PI menjangkau daerah-daerah kafir di wilayah Romawi dan Persia.
2. Kesatuan Kebudayaan: bahasa pergaulan/bahasa sehari-hari adalah bahasa Yunani. PB ditulis dalam bahasa Yunani Koine.
3. Perdagangan dan lalulintas dalam kekaisaran Romawi: memberi peluang kepada para rasul dan orang-orang Kristen memberitakan Injil ke berbagai wilayah dalam kekaisaran Romawi melalui jalan darat dan jalan laut.
4. Perdamaian dunia (Pax Romana = Damai yang dijamin oleh Roma): Ada jaminan keamanan bagi penduduk kekaisaran Romawi dengan jalan pemerintah Romawi mempersiapkan prajurit-prajurit untuk keamanan di Injil dalam wilayah kekaisaran Romawi. Bandingkan keamanan di Indonesia yang olehnya kita dapat hadir di kota mana saja di Indonesia dengan jaminan keamanan polisi, tentara, dst. Tantangan tetap ada, tetapi jaminan keamanan memberi peluang pekabaran Injil.
5. Agama Yahudi di perantauan sebagai pelindung agama Kristen: awal perkembangan Kristen dilihat sebagai sekte atau aliran, Yahudi, tetapi setelah gerakan pengikut Kristus semakin banyak maka terjadilah tekanan-tekanan dan penganiayaan-penganiayaan sampai pembedaan atau pemisahan orang Kristen dengan agama Yahudi pada tahun 70 Masehi.
6. Orang-orang yang takut akan Allah = orang kafir yang percaya kepada Allah dan suka berbakti di sinagoge, tetapi mereka tidak melaksanakan seluruh Hukum Taurat, dan belum bersunat (Kis. 13:16; 17:14, Kis. 10 dan 11). Kelompok ini dikemudian hari memberi kontribusi yang besar bagi jumlah anggota Gereja atau Kristen. Karena menjadi Kristen tidak harus sunat lahiriah, tetapi sunat batiniah. Mereka tertarik kepada Kristennya Rasul Paulus dari pada Petrus dkk.
7. Septuaginta: Terjemahan Taurat dalam PL dalam bahasa Yunani Koine untuk orang-orang Yahudi di Diaspora (perantauan): orang-orang Yahudi diaspora pada umumnya berbahasa Yunani Koine, sehingga mereka membutuhkan kitab suci dalam terjemahan Yunani Koine. Jadi Septuaginta menolong para pemberita Injil dalam dunia Hellenisme.
8. Filsafat: Plato, Stoa, Epikureanisme. Filsafat sering dipakai oleh bapak-bapak Gereja untuk menjelaskan iman Kristen kepada orang-orang cerdik pandai yang selalu menyerang iman Kristen dengan tuduhan-tuduhan yang tidak logis, salah satunya telah dilakukan oleh Agustinus dalam bukunya De Civitate Dey. Di sini, filsafat menjadi salah satu faktor pendukung dalam arti penggunaan filsafat untuk menerjemahkan konsep Kristen.
Read More

Perkembangan Gereja Menurut KPR

Perkembangan Gereja Menurut KPR
Gereja ada oleh sebab Tuhan Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Mereka dipanggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja. Jadi wujud Gereja ialah Persekutuan dengan Kristus yang juga mempengaruhi persekutuan dengan manusia lain dan wujud yang kedua dari Gereja ialah persekutuan dalam melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus yaitu pemberitaan Injil (Berkhof dan Enklaar, 2004:vii).
Orang-orang yang pertama dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus adalah para Rasul (Simon petrus, Andreas, dst + Paulus). Sesudah Yesus naik ke Surga dan mengutus Roh Kudus (pencurahan Roh Kudus) pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja Kristen. Rasul Petrus melakukan tugas pemberitaan Injil ini secra baik pada saat murid-murid dipenuhi Roh Kudus, Petrus berkhotbah di Yerusalem dan 3.000 orang bertobat dan percaya kepada TuhanYesus Kristus (bnd. Kis. 2). Peristiwa ini oleh para pakar Sejarah Gereja dilihat sebagai awal membicarakan tentang sejarah Gereja mula-mula adalah Kisah Para Rasul. Selanjutnya Kitab ini disebut Kitab Sejarah Gereja mula-mula.

Dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat mengikuti cerita (kesaksian) tentang orang-orang yang dipanggil menjadi pengikut Kristus (Gereja) melalui khotbah Para Rasul seperti:
Sejarah Gereja mula-mula di Yerusalem menurut Kitab Kisah Para Rasul:
• Kis. 2:14-41 khususnya ay. 41: Mereka yang bertobat 3.000 orang (jemaat Kristen I di Yerusalem).
• Kis. 2:41-47 = pertambahan Jemaat mula-mula di Yerusalem karena bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, memecahkan roti (perhatian sosial satu dengan yang lainnya), dan doa serta memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jadi pertambahan anggota jemaat karena Tuhan melalui orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Artinya mereka yang tidak percaya melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus.
• Kis. 4:4 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem menjadi 5.000 orang. Artinya melalui pengajaran (khotbah) Petrus dan Yohanes (Kis. 4:1) maka di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes menjadi bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
• Kis. 5:14 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem: makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.
• Kis. 8:4-13 = Dimulainya jemaat Kristen pertama di Samaria melalui pemberitaan Injil oleh Filipus: orang banyak yang mendengar pemberitaan Filipus dan tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakan itu. Selanjutnya para rasul mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria dan mereka berdoa di sana supaya orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka baru dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
• Kis. 8:26-40 = Narasi tentang orang non-Yahudi (Etiopia) yang diinjili Filipus dan dibaptis
• Kis. 9:32-43 = Jemaat pertama atau penduduk di Lida, Saron, dan Yope yang percaya kepada Tuhan karena pelayanan Petrus.
• Kis. 10:1-48 = Jemaat pertama non-Yahudi (yang tidak bersunat) di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan paparan di atas, kita memahami bahwa lahirnya jemaat Gereja mula-mula di Yerusalem dan beberapa daerah di sekitar daerah Palestina adalah hasil karya Roh Kudus melalui Rasul Petrus, Rasul Yohanes, Filipus dan beberapa rasul yang lain, sedangkan Rasul Paulus dan Barnabas diutus oleh jemaat Antiokhia ke bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi di perantauan yaitu di wilayah Romawi (dibahas secara khusus dalam konteks hellenisme).

Jadi, dapat dipahami bahwa mayoritas anggota jemaat (Gereja) mula-mula di Yerusalem adalah orang Yahudi dan berperan cukup besar s.d. tahun 70 Masehi sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus dan pemisahan hubungan orang Kristen-Yahudi dengan Orang Yahudi yang beragama Yahudi. Dan sejak tahun 70 Agama Yahudi dan Kristen berpisah, sejak saat itu orang Kristen Yahudi tidak diperkenankan memakai tempat ibadah Yahudi seperti sinagoge.

Read More

Konteks Gereja Lahir dan Berkembang di Dunia Hellenisme

Konteks Gereja Lahir dan Berkembang di Dunia Hellenisme
Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.

a.Orang Yahudi tersebar di penjuru bumi: di wilayah kekuasaan Romawi bagian timur yang pada waktu itu meliputi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/ Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ezra 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000, di Alexandria 1/3 dari jumlah penduduk.
b. Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allah) di Yerusalem
c. Orang-orang Yehudi di Perantauan mempunyai tempat ibadah: Sinagoge, pada hari sabtu orang Yahudi berkumpul di Sinagoge untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homilianya (penjelasannya) bnd. Luk. 4:16. Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
d. Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) yang mereka miliki
e. Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan/selamat kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4, 11:30)
f. Orang Yahudi terkenal dengan Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)
g. Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (bagi mereka yang berminat baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga di Introduksi PB oleh Ola Tuluan)
h. Orang-orang Yahudi di tempat perantauan, yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat di wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya Yahudi bersiarah ke Yerusalem untuk merayakannya.
i. Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB)

Read More

Makna Studi Sejarah Gereja

Makna Studi Sejarah Gereja
Makna Belajar Sejarah Gereja
Studi Sejarah termasuk sejarah gereja kadang membosankan, para mahasiswa Teologi lebih senang belajar mata kuliah selain mata kuliah historika. Bagi mereka studi sejarah gereja tidak lain adalah studi menghafal fakta sejarah gereja yang amat beragam. Dengan begitu mereka tidak bergairah karena mata kuliah ini tidak lain mata kuliah penuh hafalam tahun, peristiwa-peristiwa yang sedemikian banyak. Namun benarkan sikap ini? Untuk itu perlu pendekatan yang bersifat filosofis terhadap fakta masa lampau yang kemudian menjadi bermakna. Makna inilah yang mau saya sampaikan disini. Dengan uraian singkat ini kita segera menyimpulkan makna belajar (mengetahui) Sejarah Gereja. Makna (kegunaan) belajar Sejarah Gereja adalah:

a) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui karya Allah Tritunggal pada masa lampau.
b) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui respons orang-orang percaya pada masa lampau terhadap panggilan Yesus melalui berita Injil
c) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami Perjanjian Baru
d) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui keberanian orang Kristen pada masa lampau dalam menghadapi penganiayaan (tantangan).
e) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami pergumulan Gereja dalam perjumpaannya dengan pemerintah
f) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa tidak selamanya Tuhan membiarkan umat-Nya menghadapi penganiayaan, tetapi memberi juga masa kelegaan (pembebasan) dari penderitaan.
g) Belajar Sejarah Gereja menolong saya memahami bahwa saya harus bersedia mengikuti Tuhan dalam masa susah dan senang
h) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak memutlakkan pemikiran teologis Gereja kita sendiri.
i) Belajar Sejarah Gereja menolong kita untuk tidak mengulangi kesalahan masa lampau
j) dst (masih terlalu banyak makan dari belajar Sejarah Gereja)

Periodisasi Sejarah Gereja Umum
Periodisasi adalah usaha menetapkan tahun-tahun, peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Sejarah Gereja (Sejarah Gereja Umum I). Periodisasi Sejarah Gereja Umum dapat dibuat sbb:
a) Zaman Gereja Mula-mula 30 – 590
1) Zaman Gereja menghadapi penganiayaan 30-313
2) Zaman Gereja bebas dari penganiayaan 313-590
a. Zaman toleransi (agama toleransi) Th. 313
b. Zaman Agama Negara, Thn. 380
b) Zaman Gereja Abad Pertengahan 590-1492/1500
1) Awal abad pertengahan
2) Abad pertengahan yang jaya
3) Akhir abad pertengahan

Read More

Studi Sejarah Gereja: Arti Sejarah Gereja

Studi Sejarah Gereja: Arti Sejarah Gereja
PENDAHULUAN

Studi Sejarah Gereja secara akademis dalam Perguruan Tinggi Teologi di Indonesia, biasanya dibagi dalam beberapa bagian yakni : (1) Sejarah Gereja Umum I, (2) Sejarah Gereja Umum II, (3) Sejarah Gereja Asia dan (4) Sejarah Gereja Indonesia.

Pembagian materi kuliah Sejarah Gereja seperti dipaparkan di atas memang telah diatur dalam kurikulum Standar Nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia cq Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan untuk diberlakukan dalam setiap Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah Dirjen Bimas Kristen Protestan Republik Indonesia.

Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah yang tidak banyak disukai oleh mahasiswa. Para mahasiswa lebih senang mengikuti mata kuliah kelompok Biblika, Sistematika Teologi, Misiologi dan mata kuliah praktika atau mata kuliah non-Sejarah Gereja. Kesenangan ini sebenarnya tidak beralasan karena setiap materi kuliah yang disajikan dalam kurikulum Perguruan Tinggi Tologi sebenarnya mempunyai sejarah, misalnya mata kuliah Sistematika Teologi atau Dogmatika mempunyai sejarahnya yaitu sejarah Teologi Sistematika, artinya tidak ada mata kuliah yang tidak lepas dari unsur sejarah.

Kendatipun demikian, animo mahasiswa yang berkurang terhadap mata kuliah Sejarah Gereja dapat dipahami karena adanya stigmatisasi yang keliru yaitu belajar Sejarah Gereja tidak lain belajar menghapal data-data sejarah yang terlampau banyak. Memang belajar Sejarah Gereja tidak dapat dilepaskan dari menghafal, tetapi menghafal tidak akan ada artinya jika tidak dibarengi dengan usaha untuk mengetahui atau usaha menghafal disertai mengetahui atau berusaha mengetahui makna dari apa yang dihafalnya. Ini berarti bahwa pendekatan dalam pembelajaran Sejarah Gereja tidak dimutlakkan untuk menghafal, tetapi yang lebih diutamakan adalah maknanya.

Bila pendekatan pembelajaran Sejarah Gereja lebih diarahkan pada usaha mencari makna dari Sejarah Gereja maka animo belajar Sejarah Gereja akan bertambah. Apa yang saya kemukakan ini bukan hanya sebuah teori, melainkan telah menjadi pengalaman selama mengajarkan mata kuliah Sejarah Gereja di SETIA dan STT Bethel The Way (menjadi asisten Pdt. Dr. Matheus Mangentang, M.Th. dan menjadi dosen Sejarah Gereja di STT Bethel The Way). Ketika saya menekankan tentang makna belajar Sejarah Gereja, mahasiswa menjadi antusias. Misalnya yang saya jumpai dalam interaksi mahasiswa STT Bethel The Way kelas malam dan regular pada periode kuliah Januari s/d Mei 2006. Saya terkesan dengan interaksi mahasiswa STTB untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Dengan demikian, alasan-alasan negative yang mempengaruhi warga pembelajar (mahasiswa atau pecinta sejarah) seperti : belajar Sejarah Gereja adalah belajar menghafal, belajar Sejarah Gereja dianggap membuang waktu untuk memperhatikan masa lampau, sebaiknya waktu sekarang dipakai untuk memikirkan apa yang sedang dan akan dihadapi daripada membicarakan hal-hal yang sudah lampau, dan alasan lain yang secara beragam dikemukakan oleh mahasiswa terhadap pembelajaran Sejarah Gereja dapat dihindari, dengan kata lain pendekatan makna dalam pembelajaran Sejarah Gereja akan meningkatkan keinginan mahasiswa untuk belajar Sejarah Gereja karena dengan pendekatan seperti itu, maka mahasiswa memperoleh manfaat belajar Sejarah Gereja bagi dirinya dalam pelayanan yang sedang dan akan dilakukan.

Jadi, apa yang dikemukakan terakhir di atas kiranya menjadi perhatian mahasiswa STTB Program Koresponden. Pelajaran Sejarah Gereja ini akan menjadi sesuatu yang membakar semangat, memotivasi, memberi peneguhan ulang bagi kita dalam pergumulan pelayanan kita di Indonesia bila “kika melihat Sejarah Gereja dalam rangka memahami karya TUHAN dalam diri orang-orang percaya dan bagaimana respons mereka terhadap panggilan Allah kepada Gereja-Nya pada masa lampau di luar Indonesia” (Muanley, 2001:3). Dalam kaitan itu, maka setiap belajar materi Sejarah Gereja kita harus bertanya : Apa, Mengapa dan Bagaimana. Dr. Anne Ruck, salah seorang pakar Sejarah Gereja menyatakan, “Inti belajar Sejarah Gereja bukan menghafal nama dan tahun melainkan betanya, Siapa yang menabur benih, siapa yang menyiramnya, mengapa orang Kristen pada masa lampau rela mempertaruhkan nyawanya karena kepercayaan kepada Kristus? Apa motivasi memberitakan Injil? Dan masih banyak pertanyaan yang dapat kita kembangkan ketika sedang belajar sejarah.”

Apa yang kami dikemukakan di atas kiranya dapat menolong para mahasiswa program koresponden untuk bersemangat dalam belajar Sejarah Gereja Umum. Materinya meliputi Sejarah Gereja Mula-mula sampai Sejarah Gereja Abad Pertengahan atau Gereja pada Abad Kegelapan.
Akhirnya harapan dan doa kami kiranya mahasiswa dapat mengadakan studi Sejarah Gereja dengan terfokus kepada inti belajar Sejarah Gereja yaitu belajar bertanya. Selamat bertanya pada Sejarah Gereja dan selamat menikmati kekayaan dari belajar Sejarah Gereja untuk diri sendiri dan juga untuk jemaat atau dalam pelayanan.

Penyusun
Pdt. Yonas Muanley, M.Th.

ARTI, MAKNA, PERIODISASI SEJARAH GEREJA UMUM

1.1. ARTI SEJARAH GEREJA

Arti Sejarah Gereja yang dimaksud di sini lebih kepada usaha memberi definisi terhadap Sejarah Gereja. Dalam usaha merumuskan definisi untuk Sejarah Gereja kita akan berusaha melihat arti dari dua kata tersebut yaitu kata Sejarah dan Gereja.

Arti kata Sejarah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau).
2. Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut. Dengan kata lain sejarah dapat diartikan pada peristiwa-kejadian itu sendiri dan uraian tentang peristiwa tersebut.

Arti kata Gereja.

Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan ‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti (1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan pola hidup. (2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).

Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini: Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).

Berdasarkan definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti tersebut di atas maka berikut ini akan dirumuskan pengertian dari kata “Sejarah Gereja”.
Ternyata pengertian tentang Sejarah Gereja, yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam pemberian definisi. Artinya ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebagkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.

Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
a). Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen
b). Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus
c). Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus
d). Sejarah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab: karena tafsiran muncul gereja-gereja
e). Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan meraka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini
f). Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus
g). Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang diimaninya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyatakan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.

Jadi, definisi Sejarah Gereja yang mempertimbangkan aspek empiris dan penilaian teologis adalah sbb:

Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan/empiris/fakta) dan apakah perwujudan keselamtan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).

Bahan Ajar oleh Yonas Muanley
Read More