Kebenaran dan Kehidupan Orang
Kristen: Oleh Yonas Muanley.
Pertanyaan tentang Apakah kebenaran
yang memerdekakan itu? Dan merdeka dari hal apa? Dapat ditelusuri dalam paparan
berikut ini.
Yesus menyatakan kepada murid-murid
atau pendengar pada waktu itu dengan
menyatakan: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku” atau boleh diterjemahkan
diterjemahkan: “jikalau kamu tinggal di dalam firman-Ku”. Lalu diikuti dengan
“kamu benar-benar adalah murid-Ku”. Kata “tinggal” atau “menetap” dalam Yohanes
15 mengenai ketekunan seorang pengikut Kristus. Sementara “firman-Ku” merujuk
kepada keseluruhan pengajaran Yesus (bnd. 5:24; 14:23; dll.). Jadi, apa maksud
dari tinggal di dalam firman. Maksudnya yakni menyatu dalam pengajaran Yesus.
Menjalani kehidupan sehari-hari sesuai firman-Nya. Hal ini menegaskan bahwa
indikator "murid sejati" dari Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh
mengikuti pengajaran Yesus.
Murid sejati yang taat pada
firman-Nya yaitu ketekunan yang melahirkan status sebagai murid sejati. Status
sebagai murid sejadi didapatkan melalui ketaatan yang digerakkan oleh iman.
Dengan demikian kosep ini tidak bertentangan dengan doktrin keselamatan yang
menyatakan bahwa status sebagai murid sejati itu diperoleh semata-mata karena
anugerah, bukan karena perbuatan orang percaya.
Dalam Yohanes 8: 32 merupakan
pengambaran selanjutnya mengenai kehidupan seorang murid yang sejati yang
bertekun serta hidup di dalam pengajaran Yesus. Dikatakan bahwa murid yang
sejati “mengenal kebenaran” dan “kebenaran itu memerdekakan kamu”. Kebenaran
dalam konteks ini tidak bersifat filosofis melainkan kebenaran yang menunjuk
pada Injil Yesus Kristus. Tetapi Kebenaran juga merujuk pada diri Yesus itu
sendiri. Yesus adalah kebenaran itu.
Jadi, pengajaran Yesus dalam ayat
31b-32 adalah bahwa murid yang sejati adalah murid yang tinggal di dalam
pengajaran Yesus, memiliki hubungan yang intim dengan Yesus, dan dimerdekakan
oleh Yesus. Yesus adalah kebenran. Yesus menyatakan bahwa Dia menyatakan
kebenaran kepada para pendengar pada waktu itu (bnd. Yoh. 8:40), dalam ayat 46 Yesus
menyatakan bahwa tidak ada yang berani membuktikan bahwa Yesus berbuat dosa.
Hal ini menegaskan bahwa Yesus itu kebenaran. Artinya tidak ada kesalahan dalam
diri-Nya. jalan kebenaran dan hidup.
Dalam injil Yohanes ajaran-Nya juga disebut sebagai kebenaran. Selanjutnya Yohanes menyaksikan bahwa,
“Janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barang siapa yang berbuat
kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar” (1Yoh. 3:7). Kita
dpanggil untuk berbuat atau melakukan kebenaran (bndk. Yoh. 3:20-21). Jelas
bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran.
Kitab Wahyu menyaksikan bahwa
Kristus disebut sebagai “Yang Kudus dan Yang Benar: (bnd. Why. 3:7), “Saksi
yang setia dan benar” (bnd. Why, 3:14). Sedangkan dalam Surat-surat Paulus,
istilah yang dipakai untuk merujuk pada Yesus adalah kebenaran adalah
istilah “demi kebenaran Kristus” (bnd. 2
Kor. 11:10), selain itu Paulus juga memakai istilah “kebenaran yang nyata dalam
Kristus” (bnd. Ef. 4:21; 1:17).